Bahas Peralihan Kekuasaan, Pemimpin Pemberontak Bertemu PM Suriah

Pemimpin pemberontak Suriah Abu Mohammed al-Jolani bertemu dengan Perdana Menteri Suriah yang akan lengser, Mohammed al-Jalali, dan membahas "pengalihan kekuasaan", di Damaskus Senin (9/12).

Para pemberontak Suriah mengatakan pemimpin Abu Mohammed al-Golani pada hari Senin (9/12) untuk pertama kalinya bertemu dengan Mohammed Ghazi Jalali, perdana menteri yang akan segera meletakkan jabatannya setelah serangan kilat yang menggulingkan Presiden Bashar Assad.

Dalam sebuah pernyataan yang diposting di saluran Telegram, kelompok pemberontak itu mengatakan Golani bertemu dengan Jalali untuk “mengkoordinasikan pengalihan kekuasaan.” Golani adalah mantan komandan al-Qaeda yang memutuskan hubungan dengan kelompok tersebut beberapa tahun lalu, dan mengatakan ia menganut pluralisme dan toleransi beragama.

Jalali mengatakan kepada Sky News Arabia TV, “kami bekerja agar masa transisi berjalan cepat dan lancar.” Ditambahkannya, sebagian besar menteri kabinet masih bekerja dari kantor-kantor di Damaskus.

Namun Koordinator Kemanusiaan PBB Untuk Suriah, Adam Abdelmoula, mengatakan kepada Associated Press, sebagian layanan utama pemerintah masih belum berfungsi karena para pegawai pemerintah yang cemas memutuskan tetap tinggal di rumah.

PBB akan Langsungkan Sidang Tertutup

Dewan Keamanan PBB menjadwalkan pembicaraan tertutup pada Senin sore mengenai situasi di Suriah.

Rusia, yang memberikan bantuan militer kepada Assad selama perang saudara Suriah yang telah berlangsung selama hampir 14 tahun, meminta sidang Dewan Keamanan itu untuk membahas perkembangan yang terjadi, termasuk implikasi potensial terhadap misi perdamaian PBB di Dataran Tinggi Golan.

BACA JUGA: Iran Sebut Sudah Berkomunikasi dengan Kelompok Kepemimpinan Baru Suriah

Masih banyak pertanyaan mengenai siapa yang akan memimpin Suriah dan bagaimana negara itu akan berusaha pulih setelah perang saudara selama hampir 14 tahun dan berada di bawah kekuasaan keluarga Assad selama lebih dari 50 tahun.

Israel Kerahkan Pasukan ke Dataran Tinggi Golan, Rusia Beri Suaka pada Assad

Pasukan Israel pada hari Minggu (8/12) dikerahkan ke zona penyangga yang diawasi PBB di Dataran Tinggi Golan. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan langkah itu diperlukan untuk melindungi warga Israel setelah pasukan Suriah meninggalkan posisi mereka. Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar pada hari Senin mengatakan langkah tersebut adalah langkah “terbatas dan sementara”.

Tentara Israel dikerahkan dekat "zona penyangga" gencatan senjata antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, Senin 9 Desember 2024.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan untuk memberikan suaka kepada Assad. Peskov mengatakan Putin tidak punya rencana untuk bertemu dengan Assad, dan dia menolak berkomentar mengenai lokasi Assad.

Kantor berita Rusia pada hari Minggu mengatakan Assad dan keluarganya telah tiba di Moskow.

Harapan Dunia

Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan negaranya mengharapkan “Suriah baru” yang memiliki hubungan baik dengan negara tetangganya dan membantu mewujudkan stabilitas regional. Berpidato di hadapan sejumlah duta besar, Fidan mengatakan “Kami mengharapkan aktor-aktor internasional, khususnya PBB, untuk menjangkau rakyat Suriah dan mendukung pembentukan pemerintahan yang inklusif.”

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan pihaknya sedang mengamati perkembangan di Suriah, dan menggarisbawahi bahwa “masa depan dan nasib Suriah harus ditentukan oleh rakyat Suriah.”

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Minggu malam mengatakan AS akan “memantau dengan cermat perkembangan yang terjadi dan terlibat dengan mitra kami di kawasan.” “Amerika Serikat sangat mendukung transisi kekuasaan secara damai menuju pemerintahan Suriah yang akuntabel melalui proses inklusif yang dipimpin Suriah,” kata Blinken.

BACA JUGA: Sekilas tentang Golani: Mantan Komandan Al Qaeda yang Gulingkan Pemerintahan Assad

“Selama masa transisi ini, rakyat Suriah mempunyai hak untuk menuntut pelestarian lembaga-lembaga negara, dimulainya kembali layanan-layanan penting, dan perlindungan masyarakat yang rentan,” tambahnya.

Blinken mengatakan Amerika akan mendukung upaya internasional untuk meminta pertanggungjawaban Assad dan pihak lain atas pelanggaran terhadap rakyat Suriah dan penahanan warga sipil, seperti wartawan AS Austin Tice.

Perang Saudara di Suriah: Setengah Juta Lebih Tewas

Assad dituduh melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama perang saudara di negara itu, termasuk serangan senjata kimia tahun 2013 di pinggiran Damaskus.

Lebih dari setengah juta warga Suriah tewas dalam perang saudara itu, sementara sedikitnya setengah juta orang dan konflik tersebut menyebabkan setidaknya setengah dari populasi negara itu sebelum perang, yaitu 22 juta orang, terpaksa mengungsi.

Jatuhnya Assad mendorong banyak orang berkumpul dan merayakannya di Damaskus dan tempat lain.

Warga Damaskus turun ke jalan-jalan untuk merayakan jatuhnya pemerintahan Presiden Bashar al-Assad hari Senin, 9 Desember 2024.

Kelompok pemberontak menjebol penjara-penjara di mana pemerintah Assad menahan ribuan orang sebagai bagian dari tindakan keras mereka terhadap pemberontakan, yang dimulai pada tahun 2011 melawan pemerintahannya.

Fokus pada hari Senin terus berlanjut di penjara Saydnaya di luar Damaskus, di mana organisasi penyelamat “White Helmet” mengatakan telah mengerahkan tim khusus untuk mencari sel-sel bawah tanah yang berpotensi tersembunyi, di mana mungkin masih banyak orang yang ditahan.

Perpecahan di Suriah

Kejatuhan Assad berlangsung sangat cepat, dengan pemberontak merebut kota Aleppo, Hama dan Homs dalam hitungan hari ketika tentara Suriah tidak memberi perlawanan apapun. Kelompok pemberontak ini dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang berasal dari al-Qaeda dan dianggap sebagai organisasi teroris oleh Amerika dan PBB.

Meskipun telah berhasil menggulingkan Assad, ada kelompok pejuang oposisi yang didukung Turki dan memerangi pasukan Kurdi yang bersekutu dengan AS di wilayah utara, dan juga kelompok ISIS masih terus berjuang di daerah-daerah terpencil.

BACA JUGA: Berbagai Tanggapan Pemimpin Dunia Atas Berakhirnya Kekuasaan Assad di Suriah 

Kehidupan Mulai Berdenyut

Dengan mengutip sumber-sumber di Bank Sentral Suriah dan dua bankir komersial, Reuters melaporkan bank-bank Suriah akan dibuka kembali pada hari Selasa (10/12) dan para staf telah diminta untuk kembali ke kantor.

Kementerian Dalam Negeri yang mengelola badan kepolisian, telah dijarah massa yang marah. Para staf telah diminta untuk tidak masuk kerja dulu. Sejumlah pemberontak bersenjata berada di sana untuk menjaga ketertiban.

Sementara Kementerian Perminyakan meminta semua staf di sektor ini untuk kembali bekerja mulai hari Selasa, dan mengatakan akan menambah perlindungan untuk memastikan keselamatan mereka.

Perebutan kekuasaan oleh kelompok pemberontak pada hari Minggu mengakhiri perang yang menewaskan hampir setengah juta orang, menyebabkan salah satu krisis pengungsi terbesar di zaman modern dan hancurnya perekonomian akibat sanksi global. [em/jm]