Jika kita mendengar pariwisata di tanah Papua, yang biasanya terbersit adalah Raja Ampat. Padahal masih banyak potensi pariwisata di Papua, seperti di Kaimana, Biak, dan Sorong.
Itulah yang membuat lima muda mudi asal Kota Serui, Kab. Kepulauan Yapen, Provinsi Papua, meluncurkan aplikasi ‘Bajalan’. CEO Bajalan, Aksamina Woisiri menjelaskan, aplikasinya menggabungkan fitur pariwisata dan e-commerce.
“Fitur-fitur yang ada di aplikasi itu adalah semua yang dibutuhkan wisatawan. Karena yang saya mau Jual adalah bagaimana saya memperkenalkan potensi pariwisata di Papua, Papua Barat, dan Indonesia yang notabene tidak tereksplor dengan baik,” terangnya saat berbincang dengan VOA.
Aplikasi Android ini menawarkan informasi wisata, akomodasi, transportasi, kuliner, toko, serta jasa yang sudah diverifikasi. Sejak diluncurkan Maret lalu, aplikasi ini mendapat sambutan positif. Aksa mengatakan, saat ini ‘Bajalan’ terus mendata calon mitra di beberapa kota.
“Jadi teman-teman yang punya bisnis kuliner, akomodasi, atau punya jasa. Untuk pengembangan ekstensi bisnisnya saya sudah mulai bikin tim di Jayapura dan Biak,” tambah Aksa yang kini tinggal di Sorong, Papua Barat.
Meski pendidikannya adalah ekonomi, Aksa tertarik dengan dunia teknologi informasi (IT) saat bekerja di sebuah perusahaan di Sorong selama 3 tahun. “Di situ jadi marketing manager, saya juga bantu memimpin tim-tim yang ada di dalam. Pengalaman saya ambil dari situ. Saya juga suka passion yang lebih ke IT, terus saya suka social media, desain grafis. Tapi saya masih mendalami ilmu IT-nya sendiri,” tambahnya.
Perempuan berusia 27 tahun ini pun memutuskan membangun usaha sendiri. Aksa menggaet 4 co-founder yang semuanya laki-laki. Mereka adalah Ben Kirihio (developer aplikasi), Marsel Kurni (user interface/desain grafis), Marfin Raubaba (fotografer), dan Valdo Arera (public relation dan marketing). Sementara Aksa, yang sedang kuliah manajemen bisnis, memimpin tim tersebut.
Bajalan Minta Perhatian Pemerintah
Mendirikan perusahaan digital di Tanah Papua bukanlah perkara mudah, ujar Aksa. Masyarakat Papua belum terbiasa dengan aplikasi digital. “Masih ada beberapa orang yang belum melek teknologi, belum tahu untuk pakai uang digital. Karena kita fokusnya untuk memberdayakan masyarakat Papua juga di bidang teknologi dan teknologi informasi (IT),” tambahnya.
Aplikasi Bajalan yang berusia 3 bulan ini, kata Aksa, dimulai tanpa modal besar. Karena itu dia berharap pemerintah, baik daerah maupun pusat, memberi bantuan modal. Dukungan bisa juga program kerjasama pariwisata.
“Jadi partner kerja mereka, dan mereka support kita saja. Mereka percaya sama kita terus bekerjasama dengan kita, saya sangat harapkan itu,” pungkas perempuan 27 tahun ini.
Perjalanan Bajalan memang baru dimulai. Namun Aksa berharap inisiatifnya dapat membantu promosi wisata di tanah kelahirannya. “Lewat Bajalan ini pariwisata bisa terpublikasi, bisa diketahui oleh semua masyarakat yang ada di Papua, Indonesia, bahkan internasional. Itu harapan saya, bahwa memang surga itu ada di Papua.
Indonesia Mulai Lirik Start Up Papua
Di luar berbagai inisiatif mandiri seperti Bajalan, pemerintah Indonesia mulai memberikan perhatian terhadap usaha rintisan digital (start-up) di Papua. Pada Oktober 2019, Presiden Joko Widodo mencanangkan pembangunan Papuan Youth Creative Hub di Kota Jayapura.
Pusat inkubasi bisnis tersebut menyediakan asrama dan program pengembangan bisnis digital. Pusat pengembangan tersebut akan dijalankan oleh pemuda-pemudi Papua di bawah naungan PT Papua Muda Inspiratif.
Your browser doesn’t support HTML5
Belakangan, inisiatif itu dikritik menjalankan nepotisme, mengingat PT Papua Muda Inspiratif adalah usaha yang dijalankan Staf Khusus Presiden Billy Mambrasar.
Namun demikian, Billy tetap melanjutkan upaya pengembangan start-up. Pada Februari 2020, ia memperkenalkan 24 start-up dan UKM Papua kepada sekitar 100 perusahaan multinasional dari Amerika Serikat, Australia, China dan Eropa. [rt/em]