Bakteri Patogen yang Kebal Antibiotik, Masalah Serius dalam Dunia Medis

Bakteri patogen yang menimbulkan TBC, infeksi kulit, keracunan makanan, dan penyakit-penyakit lain menjadi kebal terhadap antibiotik, baik karena mutasi dalam bahan genetik mereka sendiri, maupun karena bertukar gen dengan bakteri lain (foto: Dok).

Kekebalan antibiotik pada bakteri-bakteri patogen yang menimbulkan TBC, infeksi kulit, keracunan makanan, dan penyakit lainnya, merupakan salah satu masalah paling serius dalam dunia medis saat ini.
Kekebalan antibiotik pada bakteri-bakteri patogen, yaitu bakteri yang membuat orang jatuh sakit, merupakan salah satu masalah paling serius dalam dunia medis saat ini, ujar Gautam Dantas, pakar kekebalan tubuh pada Universitas Washington.

“Jumlah bakteri patogen sekarang ini mengerikan, karena sangat sedikit atau bahkan tidak ada obat untuk melawannya,” ungkapnya.

Bakteri patogen yang menimbulkan TBC, infeksi kulit, keracunan makanan, dan penyakit-penyakit lain menjadi kebal terhadap antibiotik, baik karena mutasi dalam bahan genetik mereka sendiri, maupun karena bertukar gen dengan bakteri lain. Gautam Dantas mengatakan, spesies yang sangat berbeda sekalipun dapat bertukar DNA yang membawa gen-gen tertentu.

“Bakteri yang berbeda sekalipun seperti – misalnya saya dan tanaman – masih bisa bertukar DNA,” ujarnya.

Gautam Dantas mengatakan, tidak ada lingkungan yang dipenuhi bakteri yang tidak berbahaya dan bakteri yang tidak mematikan yang siap bertukar gen yang lebih subur daripada tanah. Tetapi, para peneliti tidak tahu pasti apa yang terjadi.

Kini mereka tahu, Gautam Dantas dan sejawat-sejawatnya mengamati sampel 11 tanah berbeda dan menemukan sekitar 100 gen kebal antibiotik yang berbeda.

Di banyak pertanian di seluruh dunia antibiotik diberikan secara rutin pada sapi, babi, dan ayam guna mencegah penyakit dan membantu mereka agar perkembangannya lebih baik. Menurut data, lebih banyak antibiotik digunakan bagi hewan-hewan yang sehat dibanding pada orang yang sakit. Obat-obatan itu akhirnya bercampur dengan tanah pertanian lewat kotoran hewan-hewan tersebut. Gautam Dontas mengatakan, penelitian baru itu menunjukkan bahwa lahan tersebut memiliki potensi untuk menciptakan atau mengandung bakteri yang kebal antibiotik dan pindah ke manusia.

“Ini bukan habitat yang unik. Perpindahan gen bisa terjadi. Jadi praktek-praktek pada satu lingkungan akan mempengaruhi lingkungan lainnya,” tambahnya.

Institut Kesehatan Hewan yang mewakili produsen obat-obatan ternak mengatakan antibiotik cepat luruh dalam kotoran hewan dan tanah, dan para pengambil kebijkan mempertimbangkan risiko ini sebelum menyetujui obat-obatan tersebut. Kelompok industri itu mencatat bahwa kekebalan terhadap antibiotik terjadi secara alamiah. Jadi apakah penggunaan antibiotik untuk ternak memiliki dampak tambahan masih diperlukan penelitian lebih jauh.

Produsen obat kini mendukung upaya-upaya untuk mengurangi penggunaan antibiotik guna membantu perkembangan hewan yang sehat.

Tetapi, mereka mengatakan penghapusan secara menyeluruh juga akan meningkatkan jumlah hewan sakit pada rantai pasokan pangan yang mereka nilai akan berdampak lebih buruk pada kesehatan umum.