Bangkok mulai tenggelam.
Tidak ada yang menyangkal hal ini. Tapi belum ada yang dapat memastikan berapa lama lagi daerah metropolitan ini, yang berpenduduk 10 juta orang, dapat tetap ditempati.
Dewan Reformasi Nasional (NRC), di bawah rezim militer Thailand, menginginkan pemerintah membentuk komite nasional untuk merespon peringatan dari para ilmuwan bahwa Bangkok dapat secara permanen terendam air beberapa dekade mendatang.
Sejumlah tandanya sudah terlihat di pinggiran kanal Saen Saeb, yang dibangun pada akhir tahun 1930an.
Keretakan di trotoar yang tidak rata dan dinding-dinding rumah, toko-toko dan sebuah masjid tampak mulai reyot, menjadi pertanda bagi nasib yang tidak terelakkan bagi daerah di pinggiran air ini yang turun dua sentimeter per tahunnya, dua kali lipat rata-rata menurunnya permukaan daratan di ibukota ini.
'Siapa yang akan membantu kami?'
"Saya tak tahu apa yang harus saya lakukan. Siapa yang akan membantu kami? Saya tidak tahu," ujar Vijitri Puangsiri, 44 tahun, yang sudah tinggal sepanjang hidupnya di rumah yang setiap tahun harus diperbaiki akibat surutnya permukaan tanah.
Di depan rumahnya yang berusia lebih dari sebadab, terdapat jalan di pinggir sungai untuk menarik kapal, di mana ia mendirikan sebuah restoran kecil, yang juga berkali-kali perlu diperbaiki.
"Kalau Anda melihatnya dari kapal di kanal, Anda dapat melihat bagaimana ini semua mulai mencekung. Bangunan-bangunan di sini menyusut karena tidak dibangun di atas pondasi yang kokoh," ujar Somsak Kongpeeng, seorang tetangga Vijitri.
Somsak Kongpeeng setengah bercanda dalam wawancara dengan VOA bahwa jika VOA kembali menemuinya 20 tahun lagi, permukaan air sudah akan mencapai pundaknya.
Ini mungkin hanya sedikit berlebihan di kota dengan permukaan rata-rata dua meter dan struktur-strukturnya dibangun di atas tanah liat yang lunak.
Permukaan laut yang naik, pemompaan air tanah yang berlebihan dan pembangunan gedung-gedung tinggi menjadi penyebab utama menurunnya penyusutan permukaan tanah, menurut para pakar.
Tapi 'booming' kontruksi yang mendatangkan banyak keuntungan terus berlanjut, seolah mengolok mereka yang memperingatkan mengenai ancaman ini.
Banjir rutin
"Jika kita berdiam diri, semua pihak akan rugi. Karena jika tanahnya sendiri menyusut, nilai tanah juga akan surut," menurut Sucharit Koontanakulvong, yang mengepalai Unit Riset Sistem Sumber Daya Air di Universitas Chulalongkorn.
Profesor Koontanakulvong dan anggota panel lainnya memperkirakan bila tidak ada langkah yang diambil, banjir rutin akan melanda Bangkok mulai dua dekade lagi selama dua hingga tiga bulan, yang dapat menyebabkan perekonomian Bangkok terhenti.
Ini pernah dialami pada musim hujan 2011, di mana 13 juta orang terkena dampak banjir - lebih dari 800 orang tewas - dan mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar $45 miliar, menurut Bank Dunia.
Pada kolom editorialnya baru-baru ini, Bangkok Post mencatat bahwa meskipun sudah pernah terjadi banjir besar dan peringatan-peringatan baru mengenai penyusutan permukaan tahan, ketidakpedulian terhadap ancaman ini masih merajalela.
Surat kabar tersebut menyerukan ekspansi lebih lanjut di Bangkok, pengalihan investasi ke luar Bangkok dan penghentian total pemompaan air tanah.
Ada pula usulan untuk membangun dinding-dinding di pinggir laut yang akan menelan biaya miliaran dolar. Namun jikapun dinding-dinding tersebut dibangun, pada akhirnya penyusutan permukaan tanah dan meningkatnya permukaan laut akan dapat menenggelamkan kota yang dibangun di tanah rawa di pinggiran sungai ini.