Hingga Selasa sore, 14 Juli 2020, tim penyelamat masih berupaya mencari korban banjir bandang yang menerjang Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan pada Senin malam (13/7).
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Basarnas Makassar, Mustari, mengatakan kepada VOA, pada hari itu tim penyelamat telah mengevakuasi 10 jenazah, sedangkan 10 korban lainnya ditemukan dalam kondisi selamat dan telah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Masamba.
“Hari kedua, data sementara yang kami peroleh itu, yang meninggal 10 orang yang selamat atau luka-luka itu 10 orang," jelas Mustari.
Tim penyelamat yang terdiri dari Basarnas Makassar, BPBD Luwu Utara bersama TNI POLRI dan para relawan juga melakukan pencarian terhadap 46 orang yang dilaporkan hilang dalam bencana banjir bandang tersebut. Peristiwa yang dilaporkan ke Basarnas Makassar pada Senin malam (13/7) pukul 23.23 WITA itu, terjadi secara tiba-tiba saat warga umumnya sedang beristirahat di rumah.
Banjir bandang yang bersumber dari luapan sungai itu, menyebabkan bangunan rumah dan perkantoran serta jalan raya tertimbun lumpur. Di sejumlah tempat, ketebalan lumpur mencapai satu hingga dua meter.
Your browser doesn’t support HTML5
“Informasi terakhir yang kami dapat juga dari dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Luwu Utara, mudah-mudahan valid juga datanya, sekitar 200 orang KK (kepala keluarga) yang sudah mengungsi di tempat pengungsian yang ditangani oleh BPBD setempat,” jelas Mustari.
Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, kepada wartawan di Luwu Utara menjelaskan pihaknya saat ini masih melakukan pendataan lokasi pengungsian warga untuk kebutuhan penyaluran bantuan. Pihaknya juga berharap agar jaringan listrik dan telekomunikasi dapat segera dipulihkan untuk memudahkan koordinasi penanggulangan dampak bencana banjir bandang itu.
“Yang jelas teman-teman PLN kan sudah bergerak, kita lihat sendiri tadi, tapi tentu saja butuh kehati-hatian, kalau Telkom kita berharap pemerintah untuk dapat segera, karena terus terang kita mau komunikasi juga kan susah sekali,” jelas Indah Putri.
Mismayal Khaerat dari Tim SAR Universitas Hasanuddin Makassar mengatakan kebutuhan mendesak bagi korban banjir bandang adalah terpal, alas tempat tidur, bahan makanan dan pakaian.
“Yang ada di daerah Rada itu karena dia berada di atas gunung dan kondisinya sangat dingin jadi butuh selimut, butuh jaket untuk anak-anak yang pasti mereka itu mengungsi tidak membawa pakaian ganti, jadi mungkin sekarang ada yang kedinginan, pakaian basah dari kemarin, yang terpenting lagi popok untuk anak-anak kecil, susu dan kebutuhan air bersih. Kebutuhan perempuan pasti pembalut dan kebutuhan pakaian dalam untuk laki-laki dan perempuan,” jelas Maya.
Pendistribusian bantuan ke Masamba sendiri saat ini masih terkendala oleh putusnya jalan lintas trans Sulawesi yang tertimbun lumpur, sehingga alternatif yang memungkinkan untuk penyaluran bantuan adalah dari arah Poso, Sulawesi Tengah.
Raditya Jati Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB dalam siaran pers 14 Juli 2020 menjelaskan Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB memonitor sebanyak 4.930 keluarga terdampak di enam kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, yaitu Masamba, Sabbang, Baebunta, Baebunta Selatan, Malangke dan Malangke Barat. Ribuan rumah terendam di kawasan terdampak.
PLN melakukan perbaikan jaringan listrik sejak pagi tadi (14/7). BPBD setempat bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Luwu Timur dan Kota Palopo telah melakukan kaji cepat di lapangan. Pusdalops BNPB mendapatkan informasi terkait kendala yang dihadapi pasca banjir.
Jalan lintas provinsi tertimbun material lumpur sehingga menutup akses menuju pos komando utama dan lokasi terdampak. Personel di lapangan harus menempuh jalan memutar sejauh 10 kilometer untuk bisa mengakses lokasi terdampak. Saat ini hanya provider XL yang dapat digunakan masyarakat setempat untuk berkomunikasi. [yl/ab]