Bank Amerika Latin Umumkan Bantuan Senilai $3,8 Miliar untuk Argentina

Seorang pedagang tampak memeriksa kondisi seladanya saat ia mengatur barang dagangannya di sebuah pasar buah dan sayuran di Buenos Aires, Argentina, pada 10 Mei 2024. (Foto: AP/Natacha Pisarenko)

Bank Pembangunan Inter-Amerika (IDB) akan memberikan bantuan untuk Argentina lebih dari US$3,8 miliar atau sekitar Rp60 triliun, dalam pendanaan tahun ini. Kepala bank tersebut menyampaikan hal tersebut dalam sebuah wawancara pada Minggu (13/10), sekaligus memuji reformasi yang dilakukan oleh Presiden Javier Milei.

Dalam sebuah opini di surat kabar Financial Times, presiden IDB Ilan Goldfajn memuji “kemajuan luar biasa Milei dalam memulihkan keseimbangan fiskal yang sangat dibutuhkan.”

Pada kuartal pertama tahun ini, Argentina menghasilkan surplus anggaran kuartal pertamanya dalam 16 tahun.

“Itu tidak mudah,” kata Goldfajn, mengacu pada langkah-langkah penghematan luar biasa yang diambil oleh Milei, termasuk pemotongan belanja besar-besaran, yang telah disalahkan karena meningkatkan tingkat kemiskinan.

BACA JUGA: Protes Pemotongan Anggaran, Mahasiswa Argentina Gelar Kelas Luar Ruangan

Dia mendesak pemerintah untuk “terus meningkatkan efisiensi belanja dan mengalihkan sumber daya untuk lebih mendukung warga Argentina yang paling rentan.”

Belanja publik, katanya, “harus jadi lebih efisien dan adil”.

Dia menambahkan bahwa IDB, yang menyediakan bantuan pembangunan bagi negara-negara Amerika Latin dan Karibia, akan menyediakan lebih dari $2,4 miliar atau sekitar Rp38 triliun dalam bentuk pinjaman sektor publik bagi Argentina pada 2024. Selain itu, lembaga sektor swasta bank tersebut akan membiayai lebih dari 20 proyek sektor swasta bernilai $1,4 miliar atau sekitar Rp22 triliun.

Selama berkampanye untuk meraih kursi presiden pada tahun lalu, Milei menggunakan gergaji mesin untuk menandakan rencananya memangkas pengeluaran dan menjinakkan salah satu tingkat inflasi tertinggi di dunia.

Terapi kejutnya telah menyebabkan penurunan inflasi yang nyata, yang turun menjadi 3,5 persen pada September, level terendah sejak November 2021, tetapi juga telah mendorong ekonomi ke dalam resesi. [ns/ka]