Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan keputusan lembaganya mempertahankan suku bunga acuan konsisten dengan sikap kebijakan moneter. Hal ini untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran 3 persen pada sisa tahun 2023. Untuk itu, BI akan fokus pada penguatan stabilisasi nilai rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor dan memitigasi ketidakpastian pasar keuangan global.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21-22 Juni 2022 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50 persen," kata Perry di Jakarta, Kamis (22/6/2023).
Keputusan BI ini mempertimbangkan berbagai faktor di dalam dan luar negeri. Antara lain ketidakpastian perekonomian global yang kembali meningkat dengan kecenderungan risiko pertumbuhan yang melambat dan kebijakan suku bunga moneter di negara maju yang lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan sebesar 2,7 persen secara tahunan dengan risiko perlambatan terutama di Amerika Serikat dan China.
Sementara di dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik didukung permintaan domestik dan kinerja ekspor. Nilai tukar rupiah juga terkendali sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh BI. Inflasi menurun ke dalam sasaran tiga persen lebih cepat dari prakiraan pemerintah.
"Penurunan inflasi terjadi di semua kelompok. Inflasi inti Mei 2023 tercatat 2,66 persen secara tahunan, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 2,83 persen," jelas Perry.
Perry menambahkan BI akan terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk melakukan intervensi di pasar valas, membeli atau menjual Surat Berharga Negara, serta meningkatkan layanan dan efisiensi transaksi sistem pembayaran digital. Bank Indonesia juga akan memperkuat kerja sama internasional dengan bank sentral dan otoritas negara mitra lainnya, termasuk memperkuat sinergi kementerian/lembaga terkait untuk menyukseskan keketuaan ASEAN 2023 khususnya melalui jalur keuangan.
Your browser doesn’t support HTML5
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira telah memprediksi BI akan mempertahankan suku bunga acuan. Ia beralasan isu utang di Amerika Serikat telah mereda dan inflasi global melandai. Selain itu, kata dia, fluktuasi nilai tukar rupiah masih terjaga di kisaran Rp14.900 sampai Rp15.000.
"Yang perlu dicermati ke depan adalah tekanan keluarnya modal asing di pasar saham cukup tinggi yakni Rp1,76 triliun nett sell di seluruh pasar dalam satu pekan terakhir," ujar Bhima ke VOA, Kamis (22/6/2023).
Bhima juga mengingatkan pelaksanaan pemilu 2024 dapat menciptakan ketidakpastian di sektor keuangan. Belum lagi, kata dia, ada El Nino yang perlu dicermati karena dapat mendorong inflasi pangan lebih tinggi. El nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. BMKG memperkirakan suhu akan mulai meningkat pada Agustus dan akan bertahan hingga akhir 2023.
"Mungkin BI belum urgen naikkan suku bunga saat ini, tapi sampai akhir tahun ada ruang 25-50 bps suku bunga naik," tambah Bhima. [sm/ab]