Bank Pembangunan Islam (IDB) akan membantu sektor infrastruktur, kesehatan dan pendidikan, serta UKM.
JAKARTA —
Bank Pembangunan Islam (IDB) membuka kantor perwakilannya di Jakarta, Kamis (28/2), karena Indonesia dinilai sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Presiden IDB Group Ahmad Mohammed Ali mengatakan lembaga itu optimistis perekonomian Indonesia akan terus tumbuh sehingga pembangunan di berbagai sektor juga akan meningkat.
“Ini realitas baru bagi hubungan IDB dan Indonesia, yang potensial membawa manfaat besar bagi kedua belah pihak,” ujarnya.
Ali menambahkan, sektor yang menjadi prioritas dalam kerja sama antara IDB dan Indonesia ke depannya nanti adalah infrastruktur, kesehatan dan pendidikan. Kerja sama tersebut akan direalisasikan berupa pinjaman IDB untuk pembangunan berbagai sektor di Indonesia melalui proyek yang dikelola pemerintah maupun swasta serta akademisi, ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan, IDB juga akan membantu mengembangkan sektor Usaha kecil dan Menengah di Indonesia.
Usai penandatanganan kerjasama antara Kementerian Keuangan dan IDB Group terkait dibukanya kantor perwakilan IDB Group di Jakarta, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan pemerintah Indonesia mendukung program-program yang dibuat IDB karena bertujuan untuk pembangunan di Indonesia. Selain itu, melalui peran Indonesia di IDB, Indonesia juga dapat membantu pembangunan di negara-negara lain, ujar Agus.
“Sebagai pemilik 2,7 persen modal IDB, Indonesia mendukung berbagai program yang dilaksanakan IDB Group baik di tanah air maupun di tingkat global yang ditujukan bagi percepatan pembangunan negara-negara Islam berpendapatan rendah,” ujar Agus.
Portfolio IDB Group di tanah air terhitung masih relatif rendah bila dibandingkan dengan portfolio bank-bank pembangunan internasional yang beroperasi di tanah air, ujar Agus, sehingga berdirinya kantor perwakilan akan memfasilitasi seluruh operasi entitas IDB Group.
“Kami berharap akan ada nilai tambah dan daya saing dari produk-produk IDB Group sehingga mampu meningkatkan keterlibatan IDB dalam pembangunan di sektor publik dan sektor swasta di Indonesia,” ujar Agus.
Agus menambahkan hingga saat ini Indonesia merupakan negara penerima pinjaman terbesar dari IDB.
Hingga Februari 2013, menurut Agus, kerja sama pembiayaan dan investasi IDB Group dengan pemerintah dan sektor swasta telah mencapai US$3,3 miliar atau lebih dari Rp 30 triliun.
“Sekitar 54 persen dari pembiayaan digunakan untuk sektor pembangunan sektor publik. Sisanya terkait dengan pembiayaan bagi perdagangan internasional 41 persen dan pengembangan sektor swasta 5 persen. Bila dirinci lebih lanjut, dibanding negara-negara penerima bantuan dari IDB Group, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara penerima terbesar batuan IDB untuk sektor pendidikan dan administrasi publik, untuk sektor pertanian nomor dua dan sektor kesehatan nomor tiga,” ujarnya.
Presiden IDB Group Ahmad Mohammed Ali mengatakan lembaga itu optimistis perekonomian Indonesia akan terus tumbuh sehingga pembangunan di berbagai sektor juga akan meningkat.
“Ini realitas baru bagi hubungan IDB dan Indonesia, yang potensial membawa manfaat besar bagi kedua belah pihak,” ujarnya.
Ali menambahkan, sektor yang menjadi prioritas dalam kerja sama antara IDB dan Indonesia ke depannya nanti adalah infrastruktur, kesehatan dan pendidikan. Kerja sama tersebut akan direalisasikan berupa pinjaman IDB untuk pembangunan berbagai sektor di Indonesia melalui proyek yang dikelola pemerintah maupun swasta serta akademisi, ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan, IDB juga akan membantu mengembangkan sektor Usaha kecil dan Menengah di Indonesia.
Usai penandatanganan kerjasama antara Kementerian Keuangan dan IDB Group terkait dibukanya kantor perwakilan IDB Group di Jakarta, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan pemerintah Indonesia mendukung program-program yang dibuat IDB karena bertujuan untuk pembangunan di Indonesia. Selain itu, melalui peran Indonesia di IDB, Indonesia juga dapat membantu pembangunan di negara-negara lain, ujar Agus.
“Sebagai pemilik 2,7 persen modal IDB, Indonesia mendukung berbagai program yang dilaksanakan IDB Group baik di tanah air maupun di tingkat global yang ditujukan bagi percepatan pembangunan negara-negara Islam berpendapatan rendah,” ujar Agus.
Portfolio IDB Group di tanah air terhitung masih relatif rendah bila dibandingkan dengan portfolio bank-bank pembangunan internasional yang beroperasi di tanah air, ujar Agus, sehingga berdirinya kantor perwakilan akan memfasilitasi seluruh operasi entitas IDB Group.
“Kami berharap akan ada nilai tambah dan daya saing dari produk-produk IDB Group sehingga mampu meningkatkan keterlibatan IDB dalam pembangunan di sektor publik dan sektor swasta di Indonesia,” ujar Agus.
Agus menambahkan hingga saat ini Indonesia merupakan negara penerima pinjaman terbesar dari IDB.
Hingga Februari 2013, menurut Agus, kerja sama pembiayaan dan investasi IDB Group dengan pemerintah dan sektor swasta telah mencapai US$3,3 miliar atau lebih dari Rp 30 triliun.
“Sekitar 54 persen dari pembiayaan digunakan untuk sektor pembangunan sektor publik. Sisanya terkait dengan pembiayaan bagi perdagangan internasional 41 persen dan pengembangan sektor swasta 5 persen. Bila dirinci lebih lanjut, dibanding negara-negara penerima bantuan dari IDB Group, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara penerima terbesar batuan IDB untuk sektor pendidikan dan administrasi publik, untuk sektor pertanian nomor dua dan sektor kesehatan nomor tiga,” ujarnya.