Bantu Mata-Mata Rusia, Mantan Tentara AS Mengaku Bersalah

Peter Debbins, mantan anggota pasukan khusus Angkatan Darat AS, yang dituduh menjadi mata-mata Rusia, saat memberi paparan tentang dunia siber, Januari 2020.

Seorang mantan perwira Pasukan Khusus Angkatan Darat Amerika Serikat, Rabu (18/11), mengaku bersalah atas tuduhan memberikan informasi militer sensitif kepada agen intelijen Rusia.

Peter Rafael Dzibinski Debbins, usia 45 tahun, yang ditangkap Agustus lalu, mengaku bersalah atas satu dakwaan menyampaikan informasi pertahanan kepada pemerintah asing.

Departemen Kehakiman Amerika, dalam pernyataan tertulisnya menyatakan Debbins akan dijatuhi hukuman pada Februari mendatang dan menghadapi hukuman penjara maksimal seumur hidup.

Menurut dokumen pengadilan, Debbins – yang bertugas di unit elit Baret Hijau antara 1996-2011 – secara berkala melakukan perjalanan ke Rusia. Menurut tim jaksa Amerika dalam pernyatannya, pada 1997 Debbins diberi nama sandi “Ikar Lesnikov” dan menandatangani pernyataan yang membuktikan bahwa ia ingin “melayani Rusia.

“Debbins hari ini mengakui bahwa ia telah melanggar kepercayaan tertinggi negara ini dengan memberikan informasi keamanan nasional yang sensitif kepada Rusia,” ujar John C. Demers, Asisten Jaksa Agung untuk Keamanan Nasional dalam sebuah pernyataan.

“Debbins mengkhianati sumpahnya, negaranya, dan anggota tim Pasukan Khususnya, dengan maksud untuk merugikan Amerika dan membantu Rusia,” tambahnya.

Dalam sebuah pernyataan lain, juru bicara Angkatan Darat Amerika Serikat mengatakan “ketika ada prajurit di antara barisan kita yang berkolusi untuk memberikan informasi rahasia kepada musuh asing, mereka mengkhianati sumpah yang mereka sampaikan bagi negara dan kewajiban pada sesama prajurit.”

Direkrut Usia 21 Tahun

Menurut dokumen pengadilan, ibu Debbins lahir di bekas Uni Sovyet. Ia mulai mengembangkan “minat pada Rusia setidaknya sebagian karena warisan ibunya.”

Debbins pertama kali melakukan perjalanan ke Rusia pada 1994 ketika ia berusia 19 tahun. Saat itu dia bertemu dengan seorang perempuan yang kemudian menjadi istrinya, di Kota Chelyabinsk. Istri Debbins adalah putri prajurit militer Rusia.

Ketika belajar di University of Minnesota pada 1996 sebagai anggota Korps Latihan Pasukan Cadangan (Reserve Officers Training Corps/ROTC), Debbins mengunjungi Chelyabinsk di mana ia diduga direkrut oleh agen-agen intelijen Rusia. Chelyabinsk terletak di dekat sebuah pangkalan militer Rusia. ROTC adalah program latihan prajurit militer Amerika bagi mahasiswa universitas dan perguruan tinggi.

Debbins berdinas di Angkatan Darat dari 1998 hingga 2005. Penugasan pertama Debbins adalah sebagai prajurit di unit kimia, dan kemudian sebagai kapten Pasukan Khusus. Tim jaksa mengatakan ia bergabung dengan pasukan itu atas desakan agen Rusia dan diberhentikan dengan hormat pada 2005 setelah penyelidikan terhadap pelanggaran keamanan.

Aktivitas rahasia Debbins bagi agen-agen intelijen Rusia berlangsung selama tujuh tahun semasa dinas militer aktifnya, dan seterusnya. Menurut dokumen pengadilan, tiga tahun setelah berhenti bertugas, pada 2008 Debbins memberi agen-agen Rusia sejumlah informasi tentang misi dan aktivitas bekas unit Pasukan Khusus-nya di Azerbaijan dan Georgia.

Ia juga mengungkapkan sejumlah nama mantan anggota tim Pasukan Khusus-nya, informasi yang dicari Rusia “untuk mengevaluasi apakah mereka akan bersedia bekerjasama dengan dinas intelijen Rusia,” demikian menurut pengajuan pengadilan yang dibuat sehubungan dengan pengakuan bersalahnya.

Debbins memberikan informasi ini kepada Rusia “setidaknya sebagian karena ia marah dan merasa pedih dengan masa dinasnya di Angkatan Darat Amerika,” tambah dokumen itu.

Salah seorang pengacara Debbins, David Barry Benowitz, tidak menanggapi permintaan tanggapan dari wartawan. [em/ft]