Menyusul sering terjadinya serangan kekerasan terhadap rumah-rumah ibadah. pemerintah negara bagian Maryland baru-baru ini menawarkan dana hibah khusus untuk membantu lembaga-lembaga keagamaan, termasuk masjid untuk meningkatkan keamanan fasilitas mereka.
Dana hibah yang disediakan tidak besar, yakni hanya AS$3 juta dolar dan hanya ditawarkan mulai Juli 2019 hingga Juni 2020. Setiap lembaga hanya boleh mengajukan satu permohonan bantuan dan itupun tak boleh lebih dari AS$200 ribu.
Menurut Kantor Urusan Penanganan dan Pencegahan Kejahatan Maryland, hibah ini diperlukan mengingat angka kejahatan terkait bias agama terbilang memprihatinkan di negara bagian itu. Maryland mencatat dari 48 kejahatan kebencian pada tahun 2017, 12 di antaranya dimotivasi oleh bias agama.
Hal serupa dialami banyak negara bagian lain. Departemen Kehakiman Amerika mencatat, sepanjang tahun 2017, ada lebih dari 1500 kejahatan kebencian, dan 20 persen di antaranya dimotivasi bias agama. Gedung-gedung seperti masjid, gereja, dan sinagoga telah menjadi target dalam beberapa serangan teroris domestik, sementara peristiwa-peristiwa serupa terjadi di berbagai penjuru dunia.
Dalam sebuah pernyataannya, Glenn Fueston, Direktur Eksekutif Kantor Urusan Penanganan dan Pencegahan Kejahatan Maryland, mengatakan, ia sangat berterima kasih bahwa Gubernur Larry Hogan menyadari perlunya meningkatkan keamanan para penegak hukum, dan juga organisasi komunitas, sekolah, dan tempat ibadah.
“Masjid kami sebetulnya sempat memikirkan cara untuk meningkatkan keamanan di tempat ibadah kami. Serangan terhadap masjid di Selandia Baru tampaknya membuka perhartian para aparat terhadap pengamanan tempat ibadah. Mereka tentunya tidak mau hal tragis seperti itu terjadi di Maryland," kata Nafeez Anwar, seorang Muslim dari Maryland.
BACA JUGA: Warga Uighur Temukan Rasa Aman di ASDana hibah itu ditujukan bukan untuk mempersenjatai tempat ibadah. Dana itu ditujukan untuk pengadaan kamera pemantau, perbaikan sistem penerangan, peningkatan kualitas pintu dan gerbang, pelatihan penanganan keadaan darurat, dan perekrutan petugas keamanan.
Najwa Syafiq, seorang perempuan Muslim warga Maryland, juga menghargai keputusan Gubernur Hogan.
“Selama beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan kejahatan kebencian terjadi setiap tahunnya. Sejarah kekerasan terhadap tempat ibadah yang paling memprihatinkan barangkali terjadi selama satu tahun terakhir ini. Bagi Muslim, barangkali yang memprihatinkan adalah apa yang terjadi di Selandia Baru Maret lalu di mana lebih dari 50 Muslim tewas dibantai oleh seseorang yang memiliki pemahaman keliru mengenai Islam dan Muslim," kata Najwa Syafiq.
Terlepas dari bantuan pemerintah negara bagian, bagaimana tempat-tempat ibadah selama ini memelihara keamanannya? Soraya Dawa, salah seorang pengurus Masjid Diyanet Center of America di Lanham, Maryland mengatakan, “Sepengetahuan saya, masjid dan komunitas muslim yang sering datang beribadah bersama-sama mengatasi kebutuhan pendanaan keamanan. Saya tahu masjid saya menyewa petugas keamanan bersenjata. Saya gembira bahwa para pejabat pemerintahan kiniikut terlibat meningkatkan keamanan tempat-tempat ibadah.”
Meski demikian Nafeez Anwar merasa bahwa meningkatkan keamanan bukanlah satu-satunya cara untuk melindungi tempat ibadah dan orang-orang yang menjalankan ibadah di tempat itu.
“Kalau saja orang-orang mau bersosialisasi dan mengenal orang-orang di sekitarnya dan apa yang mereka lakukan, akan terciptalah suasana yang saling memahami, dan serangan terhadap masjid mungkin tidak akan terjadi. Saya menghimbau kepada teman-teman sesama Muslim untuk memperpanjang tali silaturahmi dengan orang-orang yang bukan Muslim. Ketidaktahuan adalah kunci kebodohan. Kebodohan akan menciptakan kekeliruan," katanya.
BACA JUGA: Muslim Amerika Galang Dana untuk Jaminan Pembebasan Migran yang DitahanBiro Investigasi Federal (FBI) mendefinisikan kejahatan kebencian sebagai serangan kriminal terhadap seseorang, sekelompok orang atau properti yang dimotivasi seluruhnya, atau sebagian, oleh pandangan bias pelakunya terhadap ras, agama, disabilitas, orientasi seksual, etnis, gender dan identitas gender.
Dana hibah AS$3 juta yang ditawarkan sebetulnya adalah bagian dari anggaran AS$5 juta yang dialokasikan pemerinath Maryland untuk mengatasi kebutuhan keamanan di berbagai fasilitas publik di negara bagian itu yang berpotensi menjadi target kejahatan kebencian. Lembaga-lembaga penegak hukum di Maryland meyakini, selain tempat ibadah, sekolah adalah target yang paling rawan serangan. [ab/uh]