Banyak Keluhan soal Ketatnya Prosedur Keamanan di Bandara AS

Administrasi Keamanan Transportasi AS (TSA) memasang pemindai seluruh tubuh di sejumlah bandara Amerika.

Organisasi keagamaan menyatakan keprihatinan mereka mengenai pemindaian tubuh, yang sama saja dengan 'perabaan secara digital'.

Banyak warga yang taat beragama – termasuk Muslim, Yahudi, Kristiani dan Sikh – tidak senang dengan semakin ketatnya prosedur keamanan di bandara-bandara di Amerika.

Sejak upaya pemboman sebuah pesawat setahun lalu di Detroit, Michigan oleh seorang laki-laki Nigeria yang menyembunyikan bahan peledak di balik pakaian dalamnya, Administrasi Keamanan Transportasi Amerika atau TSA memasang pemindai seluruh tubuh di sejumlah bandara di seluruh Amerika.

TSA mengatakan siapapun yang menolak melewati pemindai itu akan harus harus menjalani pemeriksaan lainnya termasuk diraba oleh petugas yang berjenis kelamin sama. Lembaga tersebut mengatakan kurang dari tiga persen yang diraba.

Tetapi, menurut penuturan Ameena Qazi dari organisasi "Dewan Hubungan Amerika-Islam" (CAIR), sebagian kelompok dikecualikan.
“Kami sangat kecewa karena ada semacam diskriminasi terkait perempuan yang mengenakan jilbab, atau laki-laki Sikh yang mengenakan turban, hampir 100 persen dari mereka harus melalui pemeriksaan kedua,” demikian keluh Ameena atas perlakuan yang tidak sama ini.

Penggunaan alat pemindai tubuh di bandara dianggap sebagai "perabaan secara digital" oleh berbagai kelompok agama.

TSA menolak berkomentar. Tetapi seorang petugas mengatakan meskipun lembaga tersebut tidak menerapkan tindakan diskriminatif rasial, pihaknya menerapkan upaya-upaya keamanan berdasarkan informasi intelijen dan ancaman saat ini.

Dalam pernyataan tertulisnya, TSA mengatakan para petugasnya peka akan persyaratan agama dan budaya para penumpang, dan terlatih untuk memperlakukan setiap penumpang dengan rasa hormat dan menghargai martabat.

Hardayal Singh adalah direktur urusan masyarakat dan internasional pada United Sikhs. Ia mengatakan turban adalah sumber kebanggaan bagi pria Sikh, namun ia mendengar banyak keluhan tentang tindakan para petugas TSA.

Singh mengatakan, “Turban hanya boleh disentuh oleh pemakainya, dan hanya atas persetujuan pemakainya turban boleh disentuh orang lain. Bukannya seseorang mendikte kami dengan “saya ingin menyentuh turban anda sekarang!”

Kelompok-kelompok agama lain termasuk Kristen dan Yahudi Ortodoks yang konservatif telah menyatakan keprihatinan mereka mengenai pemindaian tubuh – yang sama saja dengan “perabaan secara digital.”

Rabbi Saul Zucker pada Orthodox Union mengatakan pemeriksaan dengan meraba tubuh melanggar prinsip-prinsip Yahudi akan tzniut, atau kesopanan, meskipun dilakukan oleh seorang petugas yang berjenis kelamin sama.

Menurut Rabbi Zucker, “Perabaan yang ekstensif ke seluruh tubuh, adalah sesuatu yang merendahkan martabat, tidak pantas dan tidak sopan, apalagi jika prosedur tersebut dilihat banyak orang, karena hal-hal seperti ini tidak selalu dilakukan secara privat. Saya sering bepergian lewat udara dan saya tahu ini tidak nyaman, tidak bermartabat dan sekali lagi, merupakan isu kesopanan.”