Banyak Korban Banjir Luwu Utara Tidak Gunakan Masker

  • Yoanes Litha

Seorang Ibu yang sedang menidurkan anaknya di ayunan di dalam tenda darurat di lokasi pengungsian warga desa Meli, Kecamatan Baebunta, Luwu Utara, Sulawesi Selatan, 16 Juli 2020. (Foto: Zwaib Leibe/SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia)

Kementerian Kesehatan mengingatkan, meski dalam situasi darurat akibat bencana banjir bandang, penerapan protokol kesehatan di lokasi pengungsian di Luwu Utara, Sulawesi Selatan wajib dilaksanakan untuk mencegah penularan virus corona.

Penerapan protokol kesehatan untuk mencegah wabah COVID-19 di lokasi pengungsian warga terdampak bencana banjir perlu menjadi perhatian berbagai pihak di Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Budi Siylvana, Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan mengatakan, pemerintah pusat pada Minggu, 19 Juli 2020 mengirimkan 200 ribu masker kain ke Luwu Utara termasuk sejumlah alat rapid test ke wilayah itu.

Your browser doesn’t support HTML5

Banyak Korban Banjir Luwu Utara Tidak Gunakan Masker

“Protokol kesehatan walaupun tidak mudah diterapkan di areal pengungsian namun ini harus menjadi perhatian penuh semua pihak, tidak hanya bagi tenaga kesehatan namun semua pihak agar tidak terjadi bencana yang lebih parah lagi, untuk itu protokol kesehatan harus tetap dilakukan oleh semua pihak yang berada di Luwu Utara,” imbau Budi Siylvana dalam konferensi pers secara virtual, Minggu 19 Juli 2020.

Budi Siylvana mengatakan sejumlah langkah untuk pelayanan kesehatan diantaranya dengan membuka pos pelayanan kesehatan di lokasi pengungsian serta pembagian masker kepada pengungsi. Pengiriman 200 ribu masker diharapkan dapat menjawab permasalahan ketersediaan masker di wilayah itu.

Budi Siylvana Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan saat menjelaskan Pengendalian COVID-19 dalam penanganan dampak banjir bandang di Luwu Utara, 19 Juli 2020.(Foto: Tangkapan Layar)

“Cukup banyak saat ini tenaga kesehatan yang datang ke Luwu Utara dan ini harus menjadi perhatian bersama, untuk itu kami dari Kementerian Kesehatan, BNPB juga akan mengirim rapid test dalam jumlah yang cukup ke kabupaten Luwu Utara,” tambahnya.

Ia menjelaskan, para tenaga bantuan kesehatan yang datang ke Luwu Utara wajib menunjukkan surat bebas Covid-19, bila tidak memilikinya diharuskan menjalani pemeriksaan rapid test di Pos Kesehatan.

Zwaib Leibe dari Tim SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia di Luwu Utara, dihubungi Minggu malam, menjelaskan hanya sebagian kecil warga di tenda-tenda darurat memiliki masker kain untuk pencegahan penularan virus corona. Tenda-tenda darurat berukuran lima kali tujuh meter yang terbuat dari terpal plastik itu rata-rata dihuni tiga hingga lima keluarga.

Tenda darurat yang di huni warga terdampak banjir bandang di desa Meli, Luwu Utara. Sulawesi Selatan. (16/7) Foto : Zwaib Leibe/SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia

“Yang pakai masker itu cuma teman-teman tenaga medis saja, kalau warga sangat minim. Hampir tidak ada warga yang di pengungsian itu yang menggunakan masker. Selain mungkin kondisinya yang tidak menganggap penting lagi persoalan Covid itu karena kondisi-kondisi yang ada di sekitarnya, mungkin karena pemerintah tidak menyiapkan sarana itu, masker,” jelas Zwaib Leibe.

Ia mengungkapkan, selain kesulitan mendapatkan masker, para pengungsi juga sulit mendapat pakaian, makanan dan air bersih. Zwaib mengatakan, pihaknya sedang mengupayakan penyediaan masker bagi para pengungsi termasuk bagi para relawan dengan menggalang donasi dalam bentuk masker untuk di kirim ke Luwu Utara.

Data Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB per 17 Juli 2020 menyebutkan banjir bandang di Luwu Utara menyebabkan 36 meninggal dunia, 40 hilang dan 58 terluka.Sejauh ini ada 76 lokasi pengungsian yang menampung 3.628 keluarga atau 14.483 jiwa. Dari jumlah itu terdapat 2.530 lansia, 870 balita. dan 137 ibu hamil.

Pemerintah Kabupaten Luwu Utara sudah menetapkan status tanggap darurat selama 30 hari terhitung sejak 14 Juli hingga 12 Agustus 2020. [yl/ab]