Barbara Birungi Mutabazi punya impian melatih perempuan Uganda untuk membuat kode komputer (coding) dan melakukan pekerjaan teknologi lainnya.
"Keuntungannya adalah walaupun kita tidak punya cukup pekerjaan di Uganda, jika punya keterampilan yang tepat, kita dapat bekerja untuk organisasi manapun di seluruh dunia," kata Mutabazi, yang mengelola Women in Technology, organisasi pelatihan keterampilan di Uganda.
Mutabazi baru-baru ini menghadiri Simposium Investasi Diaspora Afrika untuk mencari calon investor dan pengusaha bagi para perempuan muda yang ia latih. Acara ini mempertemukan para pengusaha, investor, dan pebisnis untuk membicarakan masa depan bisnis di Afrika.
"Jaringan Diaspora Afrika berupaya menyatukan orang-orang Afrika dan teman-teman Afrika untuk bekerja sama, menciptakan dan memikirkan peluang-peluang untuk benua ini," kata Almaz Negash, pendiri dan Direktur Eksekutif Jaringan Diaspora Afrika.
BACA JUGA: Kiprah Perempuan AS dalam Bidang TeknologiSalah satu tema simposium adalah uang -cara memanfaatkan diaspora Afrika untuk mendanai perusahaan kecil, menengah dan besar di benua itu.
Pengiriman uang -dari orang yang tinggal di Amerika untuk keluarga di Afrika- telah lama menjadi cara utama untuk membantu. Lebih dari AS$40 miliar uang dikirim ke Afrika sub-Sahara, sebagian besar ke Nigeria, kata Negash. Ini adalah sumber bantuan yang besar untuk keluarga, tetapi beberapa pembicara bertanya-tanya, apakah ada cara lain untuk membantu memacu pertumbuhan.
"Bagaimana kita mengukur pengiriman uang sehingga dapat juga diinvestasikan ke orang lain selain keluarga?"
Sektor dukungan lain dapat menciptakan dana untuk membantu wirausaha Afrika dan melindungi kekayaan intelektual mereka, kata Joseph Mucheru. Ia adalah pemimpin pertama Google di sub-Sahara Afrika dan sekarang menjadi menteri dalam pemerintahan Kenya.
Bagi sekitar 50 pengusaha Afrika yang menghadiri acara tersebut, ini merupakan kesempatan untuk melangsungkan bisnis mereka.
Neile Nkholise adalah Kepala Eksekutif 3DIMO, sebuah perusahaan teknologi olahraga di Afrika Selatan. Alat sensor untuk mengirim data yang menunjukkan apakah atlet berisiko cedera, dijahitkan ke dalam pakaian olahraga. Sekarang ini ia berfokus pada sepakbola, rugby, dan bola basket.
Perempuan ini meningkatkan investasinya tetapi juga mencari investor yang bisa menjadi mitranya, "orang yang telah membuka akses ke jaringan" dan keahlian "untuk memungkinkan kami meningkatkan produksi lebih cepat," katanya.
BACA JUGA: Hari Perempuan Internasional Soroti Kesetaraan Gender di Tempat KerjaBagi banyak peserta, acara ini adalah kesempatan yang disambut baik untuk berbicara tentang keberhasilan Afrika. Thelma Ekiyor mempercepat bisnis dan dana investasi untuk bisnis yang dijalankan perempuan yang berpusat di Nigeria.
Tidak ada keraguan terdapat masalah di Afrika, katanya, tetapi “untuk diaspora, lensa yang kita gunakan untuk melihat masalah ini harus berbeda. Bagi diaspora, masalah-masalah ini adalah peluang.
Dia mengatakan salah satu tantangannya adalah struktur pendanaan pengusaha perempuan di Afrika dan daerah berkembang lainnya adalah "mikro."
BACA JUGA: Aktivis Perempuan Desak Menteri PPPA Baru Majukan Kesetaraan Gender"Sebagian besar dana yang tersedia untuk perempuan adalah pinjaman kecil, seolah-olah perempuan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan dengan jumlah uang yang besar," katanya kepada para peserta. “Hal pertama yang harus kami lakukan adalah mengubah dan memastikan bagaimana kami mendanai kaum perempuan. Kami akan memulai di tingkat mikro dan mendukung mereka untuk berkembang."
Kekuatan simposium tidak berhenti setelah semua peserta pulang, kata Negash dari Jaringan Diaspora Afrika.
Dalam beberapa bulan mendatang, hubungan yang dibuat dapat berubah menjadi sesuatu yang lain, seperti bisnis baru, pelanggan atau kemitraan baru yang semuanya berfokus di benua Afrika. [ps/ii]