Tembakan dan ledakan kembali mengguncang ibu kota Sudan, Senin (22/5), beberapa jam sebelum gencatan senjata kemanusiaan satu minggu akan berlaku setelah semua pelanggaran terhadap serangkaian kesepakatan gencatan senjata sebelumnya.
Amerika Serikat dan Arab Saudi pada hari Minggu mengumumkan bahwa gencatan senjata yang disepakati antara kubu-kubu yang bersaing akan mulai berlaku pada pukul 21:45 (waktu setempat) hari Senin untuk memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan bagi warga sipil.
Warga yang putus asa menyuarakan harapan bahwa perjanjian baru itu akan membendung perang brutal yang mengguncang ibu kota Khartoum dan bagian-bagian lain di negara miskin itu.
Pertempuran meletus pada 15 April antara tentara, yang dipimpin oleh pemimpin de facto Sudan Abdel Fattah al-Burhan, dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Force/RSF) yang dipimpin oleh mantan wakil Burhan, Mohamed Hamdan Daglo.
BACA JUGA: Serangan Udara Hujani Khartoum, Pertempuran Masuki Minggu ke-5Kedua pihak pada hari Minggu menegaskan akan menghormati gencatan senjata, yang disambut baik oleh PBB, Uni Afrika dan blok Afrika Timur IGAD.
Tetapi selama 37 hari berturut-turut, ibu kota berpenduduk lima juta itu terbangun oleh suara serangan udara dan tembakan antipesawat, kata para saksi mata, sementara kota itu mengalami panas terik dan pasokan air dan listrik yang terputus-putus.
“Jet tempur mengebom lingkungan kami,” kata warga Khartoum Mahmoud Salah el-Din kepada AFP. “Kami belum melihat tanda-tanda bahwa Pasukan Dukungan Cepat bersiap untuk mundur dari jalan-jalan.”
Sekitar 1.000 orang telah tewas dan lebih dari satu juta orang mengungsi dalam lebih dari lima minggu kekerasan yang telah menjerumuskan negara yang sudah dilanda kemiskinan itu lebih dalam ke dalam krisis kemanusiaan. [lt/uh]