Kabupaten Sorong Selatan di Provinsi Papua Barat menjadi kabupaten pertama di Pulau Papua yang bebas penyakit malaria pada 2022. Syarat sebuah daerah dinyatakan bebas malaria adalah tidak ada penularan setempat selama tiga tahun berturut-turut, positivity rate di bawah lima persen dan adanya sistem yang baik untuk memastikan tidak ada penularan kembali.
Sekretaris Daerah Kabupaten Sorong Selatan, Dance Nauw menjelaskan pemerintah setempat sejak 2009 telah melakukan berbagai upaya untuk menekan kasus malaria, antara lain dengan distribusi 87.480 kelambu massal sejak 2009 hingga 2014. Selain itu dilakukan kegiatan penyemprotan insektisida pada dinding rumah di daerah-daerah yang terkena malaria, juga pencarian dan penemuan penderita yang tidak menunjukkan gejala klinis malaria.
“Kemudian program lain yang dilaksanakan dalam upaya percepatan eliminasi malaria yaitu pada tahun 2021 sampai dengan tahun 2022 –adalah- pemetaan reseptifitas, pengendalian jentik, refresing PE (Penyelidikan Epidemiologi-red), SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon-Red), surveilans migrasi, perjanjian lintas batas,” kata Dance Nauw dalam konferensi pers peringatan Hari Malaria Sedunia 2023, di kanal YouTube Kementerian Kesehatan RI, Selasa (2/5).
Dalam catatan Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan, kasus malaria pada tahun 2013 merupakan yang terbanyak, yaitu dengan 8.326 kasus. Kasus malaria terus mengalami penurunan hingga mencapai 46 kasus pada tahun 2018. Sejak tahun 2019 tidak ada lagi penularan lokal malaria di Sorong Selatan, meskipun kasus penularan dari luar Sorong Selatan masih tetap ada.
Your browser doesn’t support HTML5
Target Eliminasi Malaria di Indonesia
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi mengatakan keberhasilan memberantas malaria di Kabupaten Sorong Selatan memberi harapan dapat tercapainya eliminasi malaria di regional Papua dan Papua Barat pada tahun 2029.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan dari total 443.530 kasus malaria di Indonesia pada tahun 2022, sebanyak 393.801 (89 persen) berasal dari Papua.
“Papua dan Papua Barat itu bayangan kami itu 2029 tapi ternyata Sorong Selatan sudah bisa bebas tahun 2022, suatu pencapaian yang luar biasa sehingga ini akan membuat kabupaten-kabupaten lain, daerah-daerah yang lain di Papua akan semakin terpacu sehingga lebih cepat eliminasi malaria,” ujar Imran Pambudi.
Sorong Selatan merupakan salah satu dari 372 Kabupaten dan Kota di Indonesia yang telah menerima sertifikat “Eliminasi Malaria” pada 2022.
Indonesia menargetkan dapat mencapai eliminasi malaria pada tahun 2030.
Upaya eliminasi dilakukan secara bertahap yaitu regional Jawa-Bali yang ditargetkan dapat memberantas malaria pada 2023. Regional Sumatra, Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat pada tahun 2025, Regional Kalimantan dan Maluku Utara pada 2027, Regional Maluku dan Nusa Tenggara Timur pada 2028 dan terakhir Regional Papua dan Papua Barat ditargetkan dapat mencapai eliminasi malaria pada 2029.
Menurut Imran Pambudi ada enam strategi penanggulangan malaria di Indonesia, diantaranya dengan kegiatan surveilans, pemberdayaan masyarakat, penguatan sistem kesehatan dan pengembangan penelitian dan inovasi.
Malaria adalah penyakit infeksi disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina. Nyamuk menggigit umumnya mulai dari jam 6 sore hingga jam 6 pagi. Nyamuk Anopheles umumnya ditemukan didaerah-daerah yang terdapat genangan air seperti rawa-rawa, lagun, muara sungai, tambak, saluran irigasi, persawahan dan mata air. Gejala malaria yaitu demam, menggigil disertai muntah, sakit kepala, nyeri otot dan pegal-pegal.
Data WHO pada tahun 2022 menyebutkan Indonesia menyumbangkan kasus terbesar ke-2 setelah India di Asia dengan estimasi kasus sebesar 811.636 kasus positif pada tahun 2021. Sekitar 234 juta (95 persen) dari 247 juta kasus malaria global berasal dari Afrika pada tahun 2021. [yl/em]