Belajar Budaya dan Bahasa Indonesia di Kamp Multi Bahasa

Your browser doesn’t support HTML5

Kamp Multi Bahasa, program pertukaran budaya yang diadakan oleh Hippo club Jepang dan Cross Culture Institute Indonesia, mendorong para peserta untuk mempelajari bahasa dan budaya dari negara lain dengan konsep Listen, Learn and Live together.

Sabtu pagi, sejumlah pria dan wanita dari beragam usia terlihat sibuk di sebuah sungai kecil di Lembur Pancawati, Bogor, Jawa Barat. Mereka adalah peserta Nature Multilangual Camp atau kamp alam multibahasa yang tengah belajar membuat jembatan bambu.

Salah satunya adalah Masafumi Sugano, mahasiswa 21 tahun asal Jepang. “Saya suka bermain di alam terbuka. Saya suka alam, saya menyukai aktifitas ini. Membuat sesuatu dari bambu...Saya suka membuat sesuatu dari bahan alami,” katanya.

Masafumi bersama 30 orang lainnya mengikuti kamp alam multibahasa yang diadakan oleh Hippo Club Jepang dan Cross Culture Institut Indonesia yang secara rutin mengadakan program pertukaran budaya untuk mempelajari budaya dan bahasa dari negara lain.

“Kami memiliki program kamp alam seperti ini tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Thailand, Malaysia dan Jepang. Saya ingin melanjutkan program ini untuk mendorong warga Jepang untuk datang kesini dan menikmati alam dan juga berkenalan dengan.. teman-teman warga Indonesia .. Dan kami ingin membantu warga Indonesia untuk datang ke Jepang .. Tinggal di rumah (warga Jepang) dan menikmati kehidupan sebagaimana warga Jepang," jelas Kenshi Suzuki dari Hippo Club.

Selama tujuh hari mereka tinggal di Indonesia, belajar bahasa dan budaya lokal dengan cara berinteraksi langsung dengan teman-teman dari Indonesia.

Tak ada guru ataupun belajar di ruang kelas, mereka mempelajari bahasa dengan berinteraksi langsung dengan teman-teman Indonesia mereka dengan menggunakan bahasa Inggris, Jepang dan bahasa Indonesia.

“Saya suka pertukaran budaya, dan saya suka berintraksi dengan orang Indonesia. Meraka ramah dan menyenangkan. Dan ya…saya suka Indonesia, program ini dan fasilitas ini,” kata Masafumi Sugano.

Mereka juga berkesempatan tinggal bersama di rumah teman Indonesia mereka selama beberapa hari, untuk merasakan langsung cara hidup masyarakat setempat.

“Setiap bulan Agustus dan Desember, orang Jepang datang ke Indonesia. Dan setiap Maret April, kita bawa orang Indonesia ke sana untuk sama-sama Cross Culture Exchange.. Our concept is learn.. Listen.. And live together.. So mereka belajar bahasa tanpa guru.. Mereka berinteraksi sendiri dan mereka praktek seperti sekarang ini,” jelas Ali Syarief, koordinator Cross Culture Indonesia.

Program kamp multibahasa ini merupakan tindak lanjut proyek riset bersama Doktor Suzanne Flynn dari Massachusetts Institute of Technology dan Doktor Kuniyoshi Sakai dari Universitas Tokyo, terkait riset multilingualisme dan otak, yang meneliti sejauh mana multilingualisme memberikan keuntungan kognitif dan linguistik.

Sejauh ini para peserta bisa berkomunikasi satu sama lain, meskipun sebagian dari mereka belum pernah belajar bahasa Indonesia ataupun bahasa Jepang sebelumnya. Seperti Mio, gadis kecil yang baru berusia tujuh tahun ini. “(Sudah) empat hari.. Saya suka.. Indonesia,” kata Mio.

Kegiatan kamp multibahasa ini juga dimaksudkan untuk mendorong peserta dari Jepang dan negara lain untuk memiliki pengalaman hidup dengan teman asing, mempelajari bahasa dan budaya lokal yang tidak dialami dalam tamasya biasa. [au/es]