Inggris dan Uni Eropa akan melakukan upaya terakhir untuk menyepakati sebuah perjanjian perdagangan pasca Brexit pekan ini. Para perunding hanya punya waktu beberapa hari lagi untuk menghindari kekacauan pada akhir tahun.
Perdana Menteri Irlandia, yang negaranya akan menghadapi kesulitan ekonomi lebih besar dibandingkan ke-26 anggota Uni Eropa lain apabila tidak ada kesepakatan, memperingatkan untuk tidak terlalu optimistis. Sentimen itu membuat peluang tercapainya perjanjian masih tetap 50:50.
"Kesan yang saya dapatkan, setelah berbicara dengan beberapa pemain penting disini, bahwa isunya masih sangat sulit dipecahkan, terutama terkait kesetaraan aturan... Situasinya masih sangat tidak jelas dan sangat serius," katanya kepada lembaga penyiaran nasional, RTE.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan kepala Uni Eropa Ursula von der Leyen mengadakan percakapan telepon darurat pada akhir pekan, meminta tim-tim mereka kembali ke meja perundingan setelah menghadapi kebuntuan terkait tiga isu utama.
Mereka akan berbicara lagi pada Senin (7/12) dengan harapan, ketika itu, perbedaan yang sengit telah diatasi. Isu-isu yang masih mengganjal adalah hak-hak penangkapan ikan di perairan Inggris, kompetisi yang adil serta cara untuk mengatasi sengketa di masa depan.
Harian The Guardian melaporkan setelah perundingan dimulai pada Minggu (6/12), telah terjadi "sebuah terobosan besar" terkait hak-hak kapal-kapal Eropa untuk menangkap ikan di perairan Inggris, dan tinggal menyisakan isu seperti seberapa dekat Inggris harus menyesuaikan diri dengan standar lingkungan, sosial dan buruh Uni Eropa guna menjamin "kesetaraan." Kesetaraan itu bermaksud untuk menjamin agar perusahaan-perusahaan di Inggris maupun Uni Eropa mengikuti peraturan yang sama.
Namun, seorang sumber pemerintah Inggris, Minggu (6/12), mengatakan belum ada terobosan terkait hak-hak pengambilan ikan.
Para pejabat Uni Eropa belum segera mengomentari laporan The Guardian itu. [vm/ft]