Ukraina dan Rusia saling menuduh pihak lain meledakkan sebuah bendungan besar di dekat Kherson, Ukraina Selatan, pada Selasa (6/6).
Penghancuran bendungan Kakhovka di wilayah Ukraina yang diduduki pasukan Rusia itu mendorong peringatan evakuasi bagi orang-orang yang tinggal di sepanjang Sungai Dnipro.
Presiden Volodymyr Zelenskyy mengadakan pertemuan darurat Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina untuk membahas situasi itu.
“Penghancuran bendungan pembangkit listrik tenaga air Kakhovka menegaskan kepada seluruh dunia bahwa mereka harus diusir dari setiap sudut tanah Ukraina,” cuit Zelenskyy. “Tak satu meter pun yang boleh diserahkan kepada mereka, karena mereka menggunakan setiap meter itu untuk teror. Hanya kemenangan Ukrainalah yang akan mengembalikan keamanan. Dan kemenangan ini akan tiba. Teroris tidak akan mampu menghentikan Ukraina dengan air, rudal atau apapun.”
Kepala administrasi kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, menulis di Telegram bahwa penghancuran bendungan itu oleh Rusia merupakan ekosida (penghancuran lingkungan) dan kejahatan perang.
Para pejabat Rusia mengatakan serangan Ukraina merusak bendungan itu.
Badan kemanusiaan PBB pada Selasa (6/6) mencuit bahwa penghancuran bendungan itu “membuat ribuan warga sipil dalam bahaya, membuat banyak orang tanpa rumah dan sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.”
Sekjen NATO Jens Stoltenberg menyebut penghancuran itu sebagai “tindakan keterlaluan, yang sekali lagi menunjukkan kebrutalan perang Rusia di Ukraina.”
BACA JUGA: Roket-Roket Ukraina Hantam Wilayah di Selatan Yang Dikuasai RusiaPresiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan ia “terkejut oleh serangan yang tidak pernah terjadi sebelumnya itu” dan bahwa Dewan akan membahas masalah tersebut pada pertemuannya bulan ini.
“Penghancuran infrastruktur sipil jelas memenuhi syarat untuk disebut sebagai kejahatan perang – dan kami akan menuntut pertanggungjawaban Rusia dan proksi-proksinya,” cuit Michel.
Militer Ukraina Selasa juga mengatakan telah menghancurkan seluruh 35 rudal jelajah yang diluncurkan Rusia pada serangan pagi hari. Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan sebagian besar rudal itu diarahkan ke ibu kota Ukraina, Kyiv.
Hari Senin, pertempuran hebat berlangsung di Zaporizhzhia dan Donetsk.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan kepada Reuters bahwa Ukraina siap melakukan serangan balasan yang telah banyak diantisipasi terhadap Rusia. Tetapi ia membungkam mengenai apakah serangan itu sudah dilakukan, atau kapan serangan itu akan dimulai.
Kuleba menyatakan keyakinannya bahwa rencana serangan Ukraina terhadap Rusia akan membalik keadaan dan akan memungkinkan Ukraina merebut kembali wilayahnya dari Rusia. Ia mengatakan kemenangan semacam itu akan mengantar Ukraina menjadi anggota NATO.
Keanggotaan dalam aliansi militer itu kemungkinan baru dapat dicapai Ukraina setelah berakhirnya perang, ujarnya.
Sekjen NATO Jens Stoltenberg pada bulan lalu mengatakan bahwa bergabungnya Ukraina dengan perang yang sedang berlangsung “tidak ada dalam agenda.” [uh/ab]