Bentrokan berlanjut untuk hari ketiga di sebuah kamp Palestina di Lebanon pada hari Senin (31/7) antara anggota kelompok Fatah (kelompoknya Presiden Palestina Mahmoud Abbas) dan faksi-faksi Islam di sana.
Seorang juru bicara militer Lebanon mengatakan jumlah korban tewas akibat bentrokan kekerasan di kamp Ein el-Hilweh telah mencapai enam orang, meskipun beberapa laporan memberikan angka yang lebih tinggi. Dua tentara yang ditempatkan di luar kamp juga mengalami luka ringan, kata Kolonel Fadi Abou Eid.
Meskipun ada upaya dari pihak Lebanon dan beberapa faksi Palestina untuk mengupayakan gencatan senjata, “penembakan belum berhenti di kamp itu sampai saat ini,” kata Adnan Rifai, anggota sebuah komisi yang berfungsi sebagai badan pengatur di kamp tersebut.
Militer Lebanon hanya menjaga pos pemeriksaan di luar dan biasanya tidak memasuki kamp, yang berada di bawah kendali faksi Palestina.
Bentrokan meletus pada hari Minggu setelah sekelompok militan menembak mati seorang jenderal militer Palestina dari kelompok Fatah, Abu Ashraf al Armoushi, dan tiga pengawalnya saat mereka berjalan melewati tempat parkir, menurut seorang pejabat Palestina lainnya. Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim karena dia tidak berwenang untuk berbicara dengan media.
Pada hari Sabtu, seorang pria bersenjata tak dikenal mencoba membunuh gerilyawan Mahmoud Khalil tetapi malah menembak mati rekannya.
Kemudian pada hari Minggu, faksi-faksi Palestina mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa mereka telah menyetujui gencatan senjata selama pertemuan mediasi yang diselenggarakan oleh gerakan Amal Syiah Lebanon dan kelompok militan Hizbullah di kota Sidon. Tapi gencatan senjata tidak terealisasi.
Beberapa warga di lingkungan Sidon, yang terletak dekat kamp itu, melarikan diri dari rumah mereka saat banyak peluru menghantam bangunan-bangunan dan menghancurkan jendela-jendela. Rumah Sakit Umum Sidon juga terpaksa mengevakuasi staf dan pasien mereka.
Sebuah pernyataan Fatah mengutuk pembunuhan pejabat keamanannya, dan mengatakan serangan itu adalah bagian dari "skema berdarah yang menarget keamanan dan stabilitas kamp kami." Kelompok itu bersumpah untuk menuntut pertanggungjawaban "pelaku".
Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati dan Abbas sama-sama mengeluarkan pernyataan pada hari Minggu yang mengutuk kekerasan itu.
Anggota parlemen Lebanon Osama Saad, yang mewakili wilayah Sidon di mana kamp itu berada, mengatakan kepada Associated Press bahwa para pejabat "melakukan upaya luar biasa untuk menemukan solusi yang serius, efektif, bertahan lama, dan stabil untuk situasi di dalam kamp itu."
Saad mengatakan ia dan sejumlah pejabat Lebanon lainnya serta pasukan keamanan akan bertemu dengan faksi-faksi Palestina pada hari Senin untuk mengupayakan gencatan senjata. [ab/uh]