Selagi bentrokan antara Israel dan kelompok militan Hizbullah Lebanon meningkat di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon, VOA mengunjungi segelintir warga yang mempertahankan kibbutz (komunitas Yahudi) yang dikosongkan, hanya dua kilometer di wilayah Israel. Mereka mengatakan, ingin berperang di Lebanon untuk mengenyahkan Hizbullah, sementara masyarakat internasional berusaha mencarikan pemecahan lewat jalur diplomasi.
Warga mengatakan, Kfar Giladi, sebuah kibbutz Israel yang berjarak dua kilometer dari perbatasan Lebanon, dikosongkan seminggu setelah serangan teror Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang.
Sejak pertempuran meningkat di selatan Gaza, di perbatasan utara Israel - kelompok militan Hizbullah Lebanon yang didukung Iran, hampir setiap hari melancarkan serangan roket, sebagai bentuk solidaritas dengan Hamas. Setidaknya empat warga sipil Israel dan tujuh tentara tewas dalam bentrokan itu.
Segelintir warga tetap tinggal untuk menjaga Kfar Giladi. Salah satunya, Nisan Zeevi.
"Keluarga saya telah diungsikan. Saya dan anjing saya, kami adalah bagian dari gugus tugas darurat yang tinggal di sini untuk melindungi kibbutz. Ada perasaan aneh tentang bagaimana anak-anak saya bisa datang dan tinggal di sini dengan semua keamanan yang kami perlukan. Jika AS dan Prancis tidak bisa menyelesaikan secara diplomatik, kami tidak punya pilihan, selain operasi militer," sebutnya.
Zeevi menambahkan, ia menunggu bersama warga lainnya hingga konflik tidak bisa dihindari.
BACA JUGA: Penjaga Perdamaian: Perbatasan Lebanon-Israel dalam Kondisi BahayaKekerasan di perbatasan Israel-Lebanon memicu kecemasan perang besar-besaran bisa meletus, jika Israel melakukan serangan darat terhadap Hizbullah di Lebanon atau sebaliknya.
Israel dan Lebanon adalah sekutu AS dan dipandang sebagai kunci untuk memastikan stabilitas di Timur Tengah. Konflik tidak hanya akan membuka peluang kedua bagi Israel, tetapi pada akhirnya juga dapat memicu kebuntuan dengan Iran.
Pakar Israel mengatakan, perang bukanlah hal yang diinginkan Israel, namun mereka mungkin terpaksa.
Dany Tirza adalah CEO Yozmot Ltd., sebuah perusahaan yang mengkhususkan dalam bidang perencanaan strategis prasaana umum.
SOT: Dany Tirza, Israeli Strategic Planning Expert:
“Iran menggunakan Hizbullah sebagai proksi melawan Israel. Masalah kami bukan dengan Lebanon. Masalah kami adalah dengan Hizbullah,” jelasnya.
AS mendesak Israel untuk menahan diri dan menerapkan tekanan diplomatik untuk mencari solusi damai di kedua sisi perbatasan.
Sebagian warga mengatakan, jalur diplomatik untuk menghentikan serangan Hizbullah telah dicoba tetapi tidak berhasil, dan kini pemerintah Israel harus mengusahakan sebuah solusi militer. [ps/jm]