Dua hari kerusuhan sektarian antara penganut Budha dan Muslim di Meikhtila, Burma telah menewaskan sedikitnya 20 orang, Jumat (22/3).
Tidak ada tanda-tanda kekerasan baru Jumat pagi (22/3) tetapi kota Meikhtila tetap tegang dan berbahaya. Demikian kata Win Htein, seorang anggota parlemen Burma dari partai oposisi Liga Demokrasi Nasional.
"Rumah-rumah warga Muslim yang dibakar terus terbakar tetapi penduduk kaum Budha yang marah dan biarawan menghambat pihak berwenang memadamkan kebakaran," jelas Win Htein.
Sedikitnya lima mesjid dibakar dalam kekerasan yang mulai hari Rabu (30/3). Kekerasan tersebut diawali oleh pertengkaran antara seorang Muslim pemilik toko emas dan pelanggannya seorang pemeluk Budha. Seorang biksu termasuk di antara para korban yang pertama tewas, mengakibatkan meningkatnya ketegangan dan memicu kemarahan massa Budha di daerah penduduk Muslim.
Menurut Win Htein, Meikhtila adalah kira-kira 550 kilometer sebelah utara kota besar Yangon yang berpenduduk kira-kira 100 ribu orang, dan sepertiga penduduknya Muslim. Sebelum kekerasan pekan ini, masyarakat Muslim di wilayah tersebut memiliki sekitar 17 mesjid.
Sulit menentukan besarnya kerusakan di kota itu, karena penduduk terlalu takut keluar ke jalan-jalan dan berlindung di biara-biara atau tempat lain yang jauh dari kekerasan.
“Kami tidak merasa aman dan kami sekarang telah pindah ke dalam biara-biara,” kata Sein Shwe, seorang pemilik toko. “Keadaan tidak dapat diperkirakan dan berbahaya.”
Kekerasan yang terisolasi yang kadang-kadang melibatkan penganut Budha dan kaum minoritas Muslim di Burma telah terjadi selama puluhan tahun.
"Rumah-rumah warga Muslim yang dibakar terus terbakar tetapi penduduk kaum Budha yang marah dan biarawan menghambat pihak berwenang memadamkan kebakaran," jelas Win Htein.
Sedikitnya lima mesjid dibakar dalam kekerasan yang mulai hari Rabu (30/3). Kekerasan tersebut diawali oleh pertengkaran antara seorang Muslim pemilik toko emas dan pelanggannya seorang pemeluk Budha. Seorang biksu termasuk di antara para korban yang pertama tewas, mengakibatkan meningkatnya ketegangan dan memicu kemarahan massa Budha di daerah penduduk Muslim.
Menurut Win Htein, Meikhtila adalah kira-kira 550 kilometer sebelah utara kota besar Yangon yang berpenduduk kira-kira 100 ribu orang, dan sepertiga penduduknya Muslim. Sebelum kekerasan pekan ini, masyarakat Muslim di wilayah tersebut memiliki sekitar 17 mesjid.
Sulit menentukan besarnya kerusakan di kota itu, karena penduduk terlalu takut keluar ke jalan-jalan dan berlindung di biara-biara atau tempat lain yang jauh dari kekerasan.
“Kami tidak merasa aman dan kami sekarang telah pindah ke dalam biara-biara,” kata Sein Shwe, seorang pemilik toko. “Keadaan tidak dapat diperkirakan dan berbahaya.”
Kekerasan yang terisolasi yang kadang-kadang melibatkan penganut Budha dan kaum minoritas Muslim di Burma telah terjadi selama puluhan tahun.