Berbagai Penjuru Dunia Rayakan Natal dengan Cara dan Suasana yang Berbeda

  • Associated Press

Orang-orang yang mengenakan pakaian Sinterklas bersiap untuk memulai perlombaan amal mengumpulkan dana guna membantu kaum muda yang berisiko mengalami pengucilan sosial, di Madrid, Spanyol, 24 Desember 2023. (Foto: REUTERS/Susana Vera)

Pada misa malam Natal yang khidmat di Basilika Santo Petrus, Vatikan, Paus Fransiskus menyesalkan karena pesan perdamaian Yesus ditenggelamkan oleh “logika perang yang sia-sia” di tanah kelahirannya.

“Malam ini, hati kita berada di Betlehem, di mana Pangeran Perdamaian kembali ditolak oleh logika perang yang sia-sia, oleh bentrokan bersenjata yang bahkan pada hari ini pun menghalanginya mendapatkan ruang di dunia,” kata Paus, sementara korban tewas terus meningkat di Gaza.

Di Betlehem, umat berkumpul di Gereja Kelahiran saat mereka menghadiri misa tengah malam pada Malam Natal.

Tempat yang menurut Alkitab merupakan tempat kelahiran Yesus dan yang biasanya ramai itu, kini menyerupai kota hantu pada hari Minggu setelah perayaan Malam Natal di Betlehem dibatalkan karena perang Israel- Hamas. Lampu-lampu hiasan dan pohon Natal yang biasanya menghiasi Manger Square menghilang, begitu pula kerumunan turis asing dan marching band pemuda yang meriah yang biasanya berkumpul di kota di Tepi Barat itu setiap tahun untuk merayakan Natal.

Paus Fransiskus memberi isyarat saat menyampaikan pesan tradisional Hari Natal Urbi et Orbi kepada kota dan dunia dari balkon utama Basilika Santo Petrus di Vatikan, 25 Desember 2023. (Foto: via Reuters)

Di Australia, sebagian orang memilih untuk menghadiri kebaktian Natal sementara yang lain, termasuk mantan PM Australia Malcolm Turnbull, menghabiskan hari itu bersama para tunawisma di Kapel Wayside Sydney. Kapel menawarkan makan siang Natal dan hiburan bagi mereka yang rentan.

Ancaman cuaca buruk juga tidak menghalangi warga merayakan Natal di luar ruang. Ribuan orang memanfaatkan langit cerah dan suhu hangat dengan berbondong-bondong ke pantai Bondi yang populer di bagian timur Sydney.

China

Di China, pohon Natal raksasa yang dihiasi lampu juga kotak hadiah menyambut pembeli di pusat-pusat perbelanjaan yang bertabur cahaya di kota-kota besar seperti Shanghai dan Chongqing. Namun di banyak daerah di China, menyampaikan ucapan selamat tidak bisa dilakukan.

Di Provinsi Yunnan, di barat daya, sebuah perusahaan manajemen properti mengeluarkan pemberitahuan kepada para penyewa mal yang mendesak mereka agar tidak menjual kartu dan hadiah Natal. Mereka juga bahkan didesak untuk menahan diri dari menggantungkan dekorasi Natal, dengan mengatakan tradisi asing itu tidak boleh diikuti secara “membabi buta” dan orang harus percaya diri dengan budaya mereka sendiri.

BACA JUGA: Paus: Tempat Yesus Dilahirkan Jadi Lokasi Perang Saat Ini

Sekolah-sekolah di beberapa kota mulai dari Dongguan di selatan hingga Harbin di timur laut juga meminta siswa dan orang tua mereka untuk tidak mengikuti tradisi dan budaya asing tanpa berpikir panjang.

Di Gansu, provinsi di barat laut, cabang lokal Liga Pemuda Komunis malah memberitahu para anggotanya untuk menyambut “The Battle at Lake Changjin,” film 2021 yang menggambarkan pertempuran sengit antara Pasukan Sukarelawan Rakyat China dan pasukan AS dalam Perang Korea.

Irak

Umat Kristen Irak berkumpul di Baghdad dan berdoa bersama pada Misa Natal pada Senin.

Banyak warga Kristen Irak membatalkan perayaan Natal dan Tahun Baru sebagai solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza.

Dengan suasana muram membayangi musim liburan akhir tahun, perayaan kali ini akan terbatas hanya pada doa dan ritual Natal.

Orang-orang berjalan melewati dekorasi Natal di sebuah mal di Beijing, China, 14 Desember 2023. (Foto: REUTERS/Tingshu Wang)

Pada Misa Natal di Baghdad, seorang jemaat, Nadia Youssef, mengatakan, ia berharap para pejabat akan memberi lebih banyak perhatian kepada warga Kristen Irak agar mereka bisa menetap dengan tentang di Irak.

“Mengapa umat Kristen berimigrasi? Mengapa? Karena situasinya tidak stabil,” katanya.

Komunitas Kristen Irak terus menyusut sejak invasi pimpinan AS pada 2003. Pukulan besar dialami mereka sewaktu ISIS pada tahun 2014 merajalela di Irak Utara, termasuk menguasai kota-kota yang berpenduduk mayoritas Kristen di seluruh dataran Niniwe.

Jumlah warga Kristen yang tertinggal di Irak tidak jelas, tetapi diperkirakan beberapa ratus ribu orang. [uh/ab]