Peristiwa matinya singa Afrika jantan dengan kondisi tergantung tali seling di Kebun Binatang Surabaya (KBS), memunculkan pertanyaan dari berbagai kalangan mengenai bagaimana peristiwa itu dapat terjadi.
SURABAYA, JAWA TIMUR —
Pengamat satwa Surabaya Singky Soewadji mengatakan pembenahan kandang perlu dilakukan dengan menghilangkan faktor yang dapat membahayakan satwa, seperti keberadaan tali seling kandang yang menjadi media penyebab matinya singa di Kebun Binatang Surabaya (KBS).
“Untuk antisipasi ke depan itu, untuk tali seling itu diberi kunci, jadi kalau sampai kejangkau (oleh binatang tersebut), 'gak sampai kendor, yang mana sifatnya membahayakan,” kata Singky Soewadji.
Terbatasnya pemantauan dan pengawasan satwa pada malam hari, yang menjadi waktu tersering satwa mati di KBS harus menjadi perhatian dengan memasangkan sistem kamera pengintai (CCTV).
“Itu kalau memang harus ada peralatan yang cukup bagus seperti CCTV. Itu harapan kami. Harus itu, jadi titik-titik mana yang paling riskan, titik-titik mana yang harus dipasang CCTV. Sangat baguslah kalau ke depannya PDTS (Perusahaan Daerah Taman Satwa) au membuat seperti itu,” demikian keterangan Koordinator keeper satwa. Sofii mengatakan pemasangan kamera CCTV sangat penting untuk memastikan keamanan satwa dan manusia yang ada di Kebun Binatang Surabaya.
Selain faktor kandang yang lebih nyaman dan representatif bagi satwa, perbaikan juga harus dilakukan terhadap kualitas air minum satwa di KBS. Tidak hanya air bersih, tapi air minum itu juga harus sehat. Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya, Profesor Setiawan Koesdarto mengutarakan, faktor makanan juga harus menjadi perhatian pengelola satwa Kebun Binatang Surabaya, karena sering menjadi penyebab satwa sakit dan akhirnya mati.
“Indikasinya kebanyakan kalau di Hepar itu adanya suatu perlemakan, perlemakan jadi macam fertilizer. Hubungannya mestinya juga dengan masalah pakan. Jadi bukan berarti hewan itu harus gemuk badannya kemudian harus diberi katakanlah misalnya itu carnivora daging yang berlemak banyak bukan itu. Tapi semua 'kan harus ada takarannya ya, kemudian juga rasionya juga itu harus betul-betul dicermati betul,” jelas Setiawan Koesdarto, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya.
Sementara itu Direktur Operasional dan Umum, Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS) Liang Kaspe mengatakan, pembenahan kandang secara umum telah dilakukan oleh manajemen, termasuk kandang Singa yang sudah sesuai dengan standard internasional kebun binatang dan taman satwa.
“Lho ini sudah kandangnya representatif dan ini sudah standar internasional, standar baku. Mau buat di mana pun ya kayak ini, tidak bisa kan kandang Singa kayak itu (kandang banteng), kandang istirahatnya 'kan tidak bisa,” kata Liang Kaspe, Direktur Operasional dan Umum, Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS).
“Untuk antisipasi ke depan itu, untuk tali seling itu diberi kunci, jadi kalau sampai kejangkau (oleh binatang tersebut), 'gak sampai kendor, yang mana sifatnya membahayakan,” kata Singky Soewadji.
Terbatasnya pemantauan dan pengawasan satwa pada malam hari, yang menjadi waktu tersering satwa mati di KBS harus menjadi perhatian dengan memasangkan sistem kamera pengintai (CCTV).
“Itu kalau memang harus ada peralatan yang cukup bagus seperti CCTV. Itu harapan kami. Harus itu, jadi titik-titik mana yang paling riskan, titik-titik mana yang harus dipasang CCTV. Sangat baguslah kalau ke depannya PDTS (Perusahaan Daerah Taman Satwa) au membuat seperti itu,” demikian keterangan Koordinator keeper satwa. Sofii mengatakan pemasangan kamera CCTV sangat penting untuk memastikan keamanan satwa dan manusia yang ada di Kebun Binatang Surabaya.
Selain faktor kandang yang lebih nyaman dan representatif bagi satwa, perbaikan juga harus dilakukan terhadap kualitas air minum satwa di KBS. Tidak hanya air bersih, tapi air minum itu juga harus sehat. Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya, Profesor Setiawan Koesdarto mengutarakan, faktor makanan juga harus menjadi perhatian pengelola satwa Kebun Binatang Surabaya, karena sering menjadi penyebab satwa sakit dan akhirnya mati.
“Indikasinya kebanyakan kalau di Hepar itu adanya suatu perlemakan, perlemakan jadi macam fertilizer. Hubungannya mestinya juga dengan masalah pakan. Jadi bukan berarti hewan itu harus gemuk badannya kemudian harus diberi katakanlah misalnya itu carnivora daging yang berlemak banyak bukan itu. Tapi semua 'kan harus ada takarannya ya, kemudian juga rasionya juga itu harus betul-betul dicermati betul,” jelas Setiawan Koesdarto, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya.
Sementara itu Direktur Operasional dan Umum, Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS) Liang Kaspe mengatakan, pembenahan kandang secara umum telah dilakukan oleh manajemen, termasuk kandang Singa yang sudah sesuai dengan standard internasional kebun binatang dan taman satwa.
“Lho ini sudah kandangnya representatif dan ini sudah standar internasional, standar baku. Mau buat di mana pun ya kayak ini, tidak bisa kan kandang Singa kayak itu (kandang banteng), kandang istirahatnya 'kan tidak bisa,” kata Liang Kaspe, Direktur Operasional dan Umum, Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS).