Beri Selamat Kepada Biden, Netanyahu Dikecam Trump

PM Israel (saat itu) Benjamin Netanyahu bersama Presiden AS (saat itu) Donald Trump seusai penandatanganan Abraham Accords di Gedung Putih, 15 September 2021. (REUTERS/Tom Brenner)

Mantan Presiden Donald Trump mengecam Benjamin Netanyahu karena memberi selamat kepada Presiden Joe Biden atas kemenangannya dalam pemilihan tahun lalu, sebuah surat kabar Israel melaporkan Jumat (10/12).

Trump menuduh mantan pemimpin Israel itu tidak setia, dan mengatakan ia telah membantu Netanyahu dalam pemilihannya sendiri dengan mengubah kebijakan AS yang telah berlaku selama puluhan tahun dan mendukung klaim Israel atas wilayah yang direbutnya dalam perang. Trump tak mengakui kekalahannya dalam pemilu itu dan mengklaim pemilu itu telah “dicuri” darinya.

Presiden Donald Trump berjabat tangan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Markas Besar PBB. New York, AS, 26 September 2018.

Dalam wawancara awal tahun ini dengan jurnalis Israel Barak Ravid, Trump menyatakan kemarahannya atas video yang beredar secara online yang menggambarkan Netanyahu memberi selamat kepada Biden.

“Tidak ada yang berbuat lebih banyak untuk Bibi. Dan saya menyukai Bibi. Saya masih menyukai Bibi,'' kata Trump, merujuk pada Netanyahu dengan nama panggilannya, dalam pernyataannya yang diterbitkan oleh surat kabar Yediot Aharonot. Tapi saya juga suka kesetiaan... Bibi bisa saja diam. Ia telah melakukan kesalahan besar.''

Netanyahu memberi selamat kepada Biden lebih dari 12 jam setelah hasil pemilu diketahui dan setelah sebagian besar pemimpin dunia lain melakukan hal yang sama. Netanyahu ketika itu tidak merujuk Biden sebagai presiden terpilih dalam cuitannnya di Twitter, dan menindaklanjutinya dengan sebuah postingan yang memuji Trump.

BACA JUGA: PM akan 'Bela Israel' Berkaitan dengan Presiden Baru AS

Trump tampaknya sangat marah dengan video yang dirilis oleh Netanyahu pada 20 Januari, hari di mana Biden dilantik, di mana Netanyahu mengatakan bahwa ia dan Biden memiliki "persahabatan pribadi yang hangat selama beberapa dekade."

Trump dikutip menyatakan bahwa ia belum pernah berbicara dengan Netanyahu sejak itu.

Netanyahu digantikan sebagai perdana menteri musim panas lalu menyusul kegagalannya membentuk pemerintahan mayoritas setelah empat pemilihan yang diperjuangkan dengan susah payah dalam waktu kurang dari dua tahun.

Pemerintahan Trump mengambil langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mendukung Israel, termasuk membatalkan keberatan AS atas permukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki dan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Setelah mengusulkan rencana Timur Tengah yang ditolak mentah-mentah oleh Palestina, pemerintahan Trump menengahi perjanjian normalisasi antara Israel dan empat negara Arab.

Trump mengatakan keputusannya untuk mengakui pencaplokan Israel atas Dataran Tinggi Golan, yang direbutnya dari Suriah dalam perang 1967, membantu Netanyahu meraih dukungan publik Israel menjelang pemilu Israel pada April 2019. "Saya melakukannya tepat sebelum pemilu, yang sangat membantunya (Netanyahu)," kata Trump.

Pemerintahan Trump juga menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015, yang ditentang keras oleh Israel. [ab/lt]