Berkat Kekuasaan Modi Selama Satu Dekade, Nasionalisme Hindu Jadi Arustama di India

  • Associated Press

Perdana Menteri India Narendra Modi memberikan salam saat pembukaan manifesto pemilu partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata di New Delhi, India, 14 April 2024. (Foto: AP)

Nasionalisme Hindu, yang dahulu merupakan ideologi pinggiran di India, kini menjadi ideologi utama, dan Perdana Menteri Narendra Modi – salah satu pemimpin politik India yang paling dicintai sekaligus dituduh memecah belah – dianggap paling berjasa dalam kemajuan itu.

Tidak ada entitas yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap filosofi dan ambisi politik Modi selain kelompok paramiliter sayap kanan yang didirikan hampir seabad lalu dan dikenal sebagai Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS).

“Kami tidak pernah membayangkan bahwa kami akan mendapatkan kekuasaan dengan cara seperti ini,” kata Ambalal Koshti, 76 tahun, yang mengatakan bahwa ia pertama kali membawa Modi ke sayap politik RSS pada akhir tahun 1960an di negara bagian asal mereka, Gujarat.

Modi masih remaja belasan tahun ketika seperti para pemuda dan anak-anak lainnya yang bergabung dengan RSS. Dia belajar baris berbaris dalam formasi, berperang, bermeditasi, dan melindungi tanah air Hindu mereka.

Sejumlah pejabat Partai Bhartiya Janata (BJP) dalam upacara peluncuran buku penghormatan tentang Perdana Menteri India Narendra Modi yang berjudul "The Making of a Legend" di New Delhi pada 12 Juli 2017. (Foto: AFP)

Beberapa dekade sebelumnya, ketika Mahatma Gandhi mengkhotbahkan persatuan Hindu-Muslim, RSS menganjurkan untuk mengubah India – dengan kekerasan, jika perlu – menjadi negara Hindu. (Seorang mantan pekerja RSS menembakkan tiga peluru ke dada Gandhi pada tahun 1948, membunuhnya beberapa bulan setelah India merdeka.)

Pendidikan spiritual dan politik Modi dari RSS adalah kekuatan pendorong, kata para ahli, dalam segala hal yang dilakukannya sebagai perdana menteri selama 10 tahun terakhir, sebuah periode yang menjadikan India sebagai kekuatan global dan negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia.

Pada saat yang sama, pemerintahannya telah menyaksikan serangan-serangan yang tidak senonoh terhadap kelompok minoritas – khususnya Muslim – mulai dari ujaran kebencian hingga hukuman mati tanpa pengadilan. Demokrasi India, menurut para pengkritiknya, sedang goyah karena pers, lawan politik, dan pengadilan menghadapi ancaman yang semakin besar. Modi dituduh semakin mengaburkan batas antara agama dan negara.

BACA JUGA: Pemilu India: Modi Banggakan Pertumbuhan, Pihak Oposisi Katakan Demokrasi ‘Dalam Risiko’

Pada usia 73 tahun, Modi berkampanye untuk masa jabatan ketiga dalam pemilihan umum, yang dimulai hari Jumat (19/4). Dia dan Partai Bharatiya Janata yang berkuasa diperkirakan akan menang. Dia ditantang oleh aliansi partai-partai regional yang luas namun terpecah.

Pendukung dan pengkritiknya sepakat pada satu hal: Modi berhasil mempertahankan kekuasaannya dengan menjadikan nasionalisme Hindu dapat diterima – bahkan diinginkan – oleh negara berpenduduk 1,4 miliar jiwa yang selama beberapa dekade membanggakan pluralisme dan sekularismenya. Nasionalisme demikian berarti mendatangkan bank suara yang sangat besar: 80% penduduk India beragama Hindu.

“Dia 100% merupakan produk ideologi RSS,” kata Nilanjan Mukhopadhyay, yang menulis biografi Modi. “Dia telah mencapai tujuan mereka.” [lt/ab]