Presiden Joko Widodo menyampaikan pentingnya sentralitas dan kesatuan ASEAN kepada Presiden Filipina Ferdinand Romualdez Marcos Jr dalam kunjungan kenegaraannya di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Senin (5/9).
“Saya tekankan mengenai pentingnya memperkokoh sentralitas dan kesatuan ASEAN. Indonesia ingin memastikan agar ASEAN terus menjadi lokomotif stabilitas, perdamaian, dan kemakmuran kawasan. ASEAN harus mampu mengatasi berbagai tantangan ke depan dan memperkokoh penghormatan terhadap piagam ASEAN,” ungkap Jokowi.
Lebih lanjut Jokowi memaparkan guna memperkuat sentralitas ASEAN, sangat penting untuk mengimplementasikan “ASEAN Outlook on the Indo-Pacific” melalui kerja sama yang konkret dan juga inklusif.
“Dalam konteks ini, Indonesia akan mengadakan Indo-Pacific Infrastructure Forum di tahun depan. Saya juga mengapresiasi komitmen Filipina untuk mendukung penuh keketuan Indonesia di ASEAN tahun 2023,” tambahnya.
Senada dengan Jokowi, Presiden Marcos Jr meyakini peran penting ASEAN dalam turut menjaga tidak hanya stabilitas di kawasan, tetapi juga di dunia.
"Kami berbicara panjang lebar tentang peran yang kami yakini harus dimainkan oleh ASEAN saat kami menghadapi kesulitan di masa geopolitik yang sangat bergejolak ini, tidak hanya di kawasan kami tetapi juga di seluruh dunia," katanya.
"Dan kami setuju bahwa ASEAN akan menjadi agen utama dalam perubahan yang ingin kami lihat untuk terus membawa perdamaian ke negara kami," sambung Marcos Jr
Penguatan Sentralitas ASEAN
Pakar ASEAN Adriana Elizabeth mengatakan sebagai negara yang sama-sama mendirikan ASEAN pada tahun 1967, Indonesia dan Flipina mempunyai andil yang sangat besar dalam memajukan ASEAN.
Namun, katanya, tantangan yang dihadapi oleh ASEAN saat ini semakin besar. Salah satunya karena adanya persaingan global antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang seringkali menyeret ASEAN. Apalagi Presiden Marcos Jr memiliki kedekatan secara politik dengan AS. Hal ini berbeda dengan Indonesia yang ia diibaratkan seperti “swing state” yang bisa ditarik untuk dekat ke AS, atau juga bisa ditarik untuk lebih dekat ke China.
BACA JUGA: China Ingin Perkuat Hubungan dengan Asia Tenggara di Pertemuan Kamboja“Tapi sebagai (negara) ASEAN sama-sama punya peran untuk memajukkan kawasan ini termasuk tadi kalau disebut ASEAN harus menjadi sentral. Dengan fakta tadi, seberapa sentral sih sebetulnya yang dimaksudkan? Itu kan harus kembali lagi kepada komitmen ASEAN tentang bagaimana kawasan ini yang sebetulnya kita banyak tidak paham, atau tidak sadar sejak ada ASEAN, kawasan Asia Tenggara relatif bebas dari konflik terbuka, itu satu capaian yang menurut saya harus dipertahankan,” ungkap Adriana kepada VOA.
Meski begitu, terkait hal tersebut sebenarnya setiap negara boleh memutuskan untuk mau mempunyai hubungan yang lebih baik atau lebih dekat dengan pihak mana dengan alasan kepentingan nasional.
“Tapi kemudian sebagai negara ASEAN juga kan ada semacam komitmen regional yang harus dipenuhi, Ini sebenarnya juga challenge bagi ASEAN sendiri bagaimana sentralitas itu bisa dipertahankan dengan tetap memenuhi kepentingan nasionalnya. Tapi pada saat yang bersamaan juga memenuhi komitmen regional. Itu sebenarnya yang harus dirumuskan secara lebih detil, lebih jelas, baik oleh Indonesia maupun oleh Filipina,” tambahnya.
Menurutnya, hal semacam ini penting untuk disampaikan agar semua negara ASEAN meyakini bahwa ASEAN tidak bisa dipermainkan, dan tidak bisa dijadikan tempat perpanjangan kepentingan dari negara-negara di luar ASEAN.
Lebih jauh, Adriana mengatakan sejak awal ASEAN merupakan kerja sama ekonomi di kawasan. Maka dari itu, menurutnya, kerja sama perekonomian antar ASEAN ini harus lebih ditingkatkan kembali, agar tercipta pemerataan dan perbaikan ekonomi setelah dihantam pandemi COVID-19.
“Menurut saya harus menjadi lebih difokuskan, bagaimana meningkatkan distribusi ekonomi di kawasan ASEAN, sehingga mengurangi gap ekonomi antara satu negara dengan negara lain di ASEAN. Ini menurut saya harus diutamakan, karena sudah sejarah awalnya ASEAN terlalu banyak diusik oleh soal politik keamanan. Sebetulnya kerja sama ini dibangun untuk ekonomi, jadi sebaiknya kerja sama ekonomi yang dikuatkan di ASEAN ini,” tuturnya.
Kerja Sama Bilateral
Dalam kesempatan ini kedua pemimpin negara menyepakati penguatan kerja sama bilateral di sejumlah bidang.
Pertama, Jokowi mendorong peningkatan volume perdagangan Indonesia-Filipina secara signifikan. Dibandingkan tahun lalu, katanya, volume perdagangan kedua negara telah meningkat hampir 50 persen.
"Indonesia secara khusus mendorong peningkatan ekspor produk makanan dan minuman, farmasi, serta produk kelapa, dan rumput laut. Saya mengajak Filipina untuk terus mengembangkan potensi perdagangan dan juga konektivitas di wilayah perbatasan. Saya mengusulkan revitalisasi jalur kapal ro-ro Bitung-Davao dan membuka jalur penerbangan Manado-Davao," kata Jokowi.
Kedua, Jokowi dan Marcos Jr juga membahas peningkatan intensitas kerja sama infrastruktur dan industri strategis. Terkait hal ini, kata Jokowi, sejumlah BUMN telah ikut serta dalam prpyek pembangunan di Filipina, seperti misalnya proyek pengadaan dua kapal landing platform dock oleh PT PAL dan proyek persinyalan kereta di Manila oleh PT Len Industri.
"Saya berharap agar rencana pembelian pesawat NC212i dari PT Dirgantara Indonesia dapat direalisasikan. Ke depan, saya ingin makin banyak kesempatan bagi BUMN dan perusahaan swasta Indonesia mendukung pembangunan di Filipina," imbuhnya.
Ketiga, kedua pemimpin juga membahas penguatan kerja sama perbatasan. Jokowi dan Marcos Jr telah sepakat untuk meninjau kembali dua perjanjian pengamanan perbatasan agar tetap relevan bagi masyarakat di perbatasan, yaitu Revised Border Crossing Agreement dan Border Patrol Agreement.
"Kita juga berkomitmen mempercepat perundingan limitasi batas landas kontinen berdasarkan UNCLOS 1982," lanjutnya.
Mereka juga membahas kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan. Kedua pemimpin mendorong penguatan kerja sama untuk keselamatan dan keamanan perairan di wilayah perbatasan.
"Saya senang kita telah memperbarui Trilateral Cooperative Arragement (TCA) antara Indonesia, Filipina, dan Malaysia karena sangat penting dalam mengamankan jalur perairan dari ancaman penyanderaan dan penculikan," tuturnya.
Sementara itu, Presiden Ferdinand Marcos Jr. antara lain menyampaikan terima kasih atas bantuan dan keterlibatan sejumlah BUMN Indonesia dalam berbagai program infrastruktur di Filipina.
"Kami terus berterima kasih kepada Indonesia atas bantuan dan keterlibatan mereka dalam program infrastruktur pendahulu saya Presiden Duterte dan komitmen mereka yang berkelanjutan, tidak hanya untuk melanjutkan program ini tetapi meningkatkan volume dan kedekatan antara kedua negara kita," ujar Presiden Filipina ke-17 tersebut. [gi/ab]