Bhutan telah memvaksinasi sepenuhnya 90% penduduk dewasa yang memenuhi syarat hanya dalam tujuh hari, demikian dinyatakan oleh kementerian kesehatan kerajaan Himalaya itu pada hari Selasa (27/7). Negara kecil yang terjepit antara India dan China, dan menjadi tempat tinggal bagi hampir 800.000 penduduk mulai memberikan dosis kedua pada 20 Juli. Kampanye vaksinasi massal yang mendapat pujian dari UNICEF itu dinilai sebagai "kampanye vaksinasi tercepat yang dilakukan selama pandemi."
Bhutan menjadi berita utama pada April lalu, ketika pemerintahnya menyampaikan persentase orang dewasa yang telah diinokulasi sama dengan mereka yang memenuhi syarat untuk dosis pertama dalam waktu kurang dari dua minggu setelah India menyumbangkan 550.000 suntikan vaksin AstraZeneca. Tetapi negara itu menghadapi kekurangan selama berbulan-bulan setelah India, pemasok utama AstraZeneca, menghentikan ekspor karena berusaha memenuhi permintaan dalam negeri yang meningkat karena lonjakan infeksi COVID-19.
Bhutan memulai kembali upayanya minggu lalu setelah setengah juta dosis vaksin Moderna tiba dari Amerika Serikat sebagai sumbangan berdasarkan program COVAX dukungan PBB. Sekitar 5.000 dosis Pfizer juga difasilitasi melalui COVAX, yang dipimpin bersama dengan Gavi, Vaccine Alliance, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan Coalition for Epidemic Preparedness. Bhutan juga menerima lebih dari 400.000 vaksin AstraZeneca dari Denmark, Kroasia dan Bulgaria dalam dua minggu terakhir.
Banyak negara Barat dengan sumber daya yang jauh lebih besar belum memvaksinasi orang dewasa yang memenuhi syarat dalam jumlah besar. Pakar kesehatan menyatakan populasi Bhutan yang kecil dapat membantu. Negara itu juga mendapat manfaat dari pesan yang kuat dan efektif dari pejabat tinggi dan sistem penyimpanan dingin yang mapan.
Lebih dari 3.000 petugas kesehatan berpartisipasi dan 1.200 pusat vaksinasi di seluruh negeri membantu memastikan suntikan mencapai setiap orang dewasa yang memenuhi syarat.
Pemerintah Bhutan juga dipimpin oleh praktisi medis termasuk Perdana menteri, menteri luar negeri, dan menteri kesehatan. Pemerintah juga sering berpesan secara langsung dan menjawab pertanyaan dari publik tentang virus corona dan vaksinasi di Facebook. Itu membantu memerangi keragu-raguan vaksin di kalangan masyarakat. Perdana menteri Lotay Tshering dan Raja Jigme Khesar Namgyel Wangchuck, juga mendukung vaksinasi yang meredakan kekhawatiran seputar peluncuran tersebut.
Raja juga melakukan tur keliling negara untuk meningkatkan kesadaran tentang upaya vaksinasi. Unsur penting lainnya dalam upaya vaksin adalah jaringan luas sukarelawan warga negara yang disebut "desuups," kata Will Parks, perwakilan UNICEF untuk Bhutan. Sekitar 22.000 warga menjadi sukarelawan selama satu setengah tahun terakhir untuk meningkatkan kesadaran, menghilangkan informasi yang salah, membantu melakukan screening dan pengetesan massal bahkan membawa vaksin melintasi medan yang sulit di negara itu, Will menjelasnya.
Keberhasilan Bhutan adalah suatu anomali di Asia Selatan di mana negara-negara seperti India dan Bangladesh sedang berjuang untuk meningkatkan angka vaksinasi negaranya. [mg/jm]