Biaya Kesehatan Mahal, Banyak Warga AS Berobat ke Luar Negeri

Dengan disetujuinya Rancangan Undang-Undang Reformasi Sistem Layanan Kesehatan Amerika oleh Kongres, semakin banyak warga Amerika yang memiliki akses ke asuransi kesehatan yang lebih terjangkau. Namun mereka juga masih perlu menunggu biaya berobat menjadi berkurang. Karena pengeluaran untuk itu masih tetap tinggi, banyak warga Amerika memilih ke luar negeri untuk menjalani prosedur medis atau operasi.

Beberapa tahun silam, John Freeman, 62 tahun, menghentikan asuransi kesehatannya karena premi bulanan yang mahal dan biaya yang harus ditanggungnya menghabiskan uang pensiunnya. Ia berharap tidak akan memerlukan perawatan kesehatan penting sampai berusia 65 tahun, usia minimum untuk mengikuti program asuransi pemerintah.

Namun tahun lalu ia mengalami serangan jantung. Biaya operasi di tempat asalnya, Reno, Nevada, mendekati 120.000 dolar. Freeman merasa pilihannya hanya menghabiskan tabungan, atau menyerah pada nasib.

Karena itu, ia mengikuti langkah yang ditempuh ratusan ribu orang Amerika setiap tahun: operasi di luar negeri. Ia memutuskan melakukannya di Anadolu Medical Center di pinggiran kota Istambul, Turki. Total biayanya hanya 15 persen dari biaya di Reno, plus ongkos pesawat ke sana.

Mengingat wisata medis tumbuh pesat karena biaya kesehatan lebih rendah di luar negeri, Perhimpunan Dokter Amerika, AMA, dan Perhimpunan Dokter Bedah Amerika (ACS) mengeluarkan pernyataan. Isinya, mendorong pasien agar mencari pengobatan yang sesuai dengan kemampuan. Namun kedua organisasi itu memperingatkan pasien agar memastikan dokter dan ahli bedah yang mereka pilih memiliki ijazah yang memenuhi standar akreditasi yang tinggi.

John Freeman menuruti anjuran tersebut. "Ketika saya pertama melihat situsnya, ada logo yang menyatakan institusi itu berafiliasi dengan Universitas Johns Hopkins. Ini menenteramkan hati karena saya tahu afiliasinya dengan sebuah rumah sakit terkenal di Amerika," ujar Freeman.

Warga Amerika mulai bepergian ke luar negeri untuk menjalani bedah kosmetik seperti operasi menghilangkan keriput wajah, pembesaran dan pengecilan payudara, pada tahun 80-an dan 90-an. Saat ini, prosedur umum yang dilakukan di luar negeri antara lain operasi jantung, operasi penggantian sendi lutut dan panggul, cangkok hati serta perawatan gigi.

Namun, tidak semua orang dapat mengikuti wisata medis. Calon pasien harus cukup sehat untuk bepergian ke luar negeri, biayanya ekonomis, masa berobat singkat, perawatan lanjutan dapat diprediksi dan tidak terlalu lama.

Inilah tantangan bagi John Freeman. Sekembalinya dari luar negeri, dokter meminta Freeman menjalani sejumlah tes pascaoperasi yang mahal. Karena tidak memiliki asuransi dan merasa baik-baik saja, Freeman mengatakan tidak ingin mengeluarkan uang lagi.

Ini memprihatinkan ahli bedah syaraf dan dosen Universitas Harvard, Dr. Teo Forcht Dagi, yang mengetuai penyusunan pernyataan ACS mengenai Wisata Medis. Menurutnya, perawatan di luar negeri bukanlah untuk masalah kesehatan rutin atau yang berkepanjangan, dan perawatan lanjutan yang jarang dilakukan membuat prihatin ACS dan AMA.

Melihat potensi pertumbuhan wisata medis, banyak asuransi kesehatan besar memulai program percontohan yang menawarkan cakupan pertanggungan bagi perawatan di luar negeri. Jika tertanggung, dapat memperoleh perawatan berkualitas dengan biaya lebih murah di luar negeri, perusahaan asuransi menghitung mereka bakal mengeluarkan biaya lebih rendah.