Presiden Amerika Serikat Joe Biden, pada Selasa (21/2) malam di Warsawa, dengan tegas membela upaya aliansi Barat selama satu tahun terakhir untuk membantu Ukraina melawan invasi Rusia, dan berjanji tidak akan menghentikan upaya bantuan tersebut.
“Satu tahun lalu, dunia bersiap melihat jatuhnya Kyiv,” ujar Biden kepada lebih dari sepuluh ribu warga Polandia yang berkumpul di luar ruangan di kompleks Istana Kerajaan Polandia. “Saya baru saja kembali dari Kyiv dan saya mendapat laporan bahwa Kyiv kini kuat. Kyiv berdiri tegak. Dan yang paling penting, Kyivv tetap bebas.”
Biden berjanji bahwa dukungan pada Ukraina tidak akan goyah dan NATO tidak akan terpecah. “Ukraina tidak akan pernah menjadi kemenangan bagi Rusia. Tidak akan pernah!” ujarnya seraya menambahkan bahwa aliansi itu “jauh lebih memiliki tekad kuat dibanding sebelumnya” untuk memasok amunisi dan bantuan kemanusiaan pada Ukraina – yang bukan anggota NATO – untuk membantunya mempertahankan diri melawan Rusia.
BACA JUGA: Pertikaian Biden-Putin Makin Tingkatkan Ketegangan GeopolitikBiden, yang baru saja melakukan lawatan mendadak yang dramatis ke Kyiv pada Senin (20/2), menyerang Presiden Rusia Vladimir Putin atas invasi yang dilancarkannya satu tahun lalu. Biden mengatakan pemimpin Rusia itu dapat dengan mudah mengakhiri perang yang saat ini terjadi.“Barat tidak berencana untuk menyerang Rusia seperti yang dikatakan Putin hari ini,” tegas Biden.
Ia menambahkan, “demokrasi dunia telah tumbuh lebih kuat” untuk menolak agresi Rusia, dan bahwa “otokrasi dunia telah semakin lemah.”
Biden menggunakan sebagian pidatonya untuk mengulangi apa yang sudah diumumkan Wakil Presiden Kamala Harris beberapa hari sebelumnya di Konferensi Keamanan Munich bahwa Amerika Serikat telah menetapkan bahwa Rusia telah melakukan “kejahatan terhadap kemanusiaan” dan “kekejaman” terhadap rakyat Ukraina.
“Mereka telah melakukan kebobrokan, kejahatan terhadap kemanusiaan tanpa rasa malu atau menyesal,” ujar Biden.
Secara khusus ia menuding Rusia “menarget warga sipil untuk dibunuh” dan menggunakan pemerkosaan sebagai “senjata perang,” menculik anak-anak Ukraina dan mengeluarkan mereka secara paksa dari tanah air mereka, serta melancarkan serangan udara terhadap stasiun kereta api, bangsal bersalin, rumah sakit, sekolah dan panti asuhan.
“Tidak ada satu orang pun yang dapat mengalihkan pandangan dari kekejaman yang dilakukan Rusia terhadap rakyat Ukraina. Itu menjijikkan," tegasnya.
AS Bantah Dapat Jaminan Keamanan dari Rusia Sebelum Biden ke Kyiv
Pemerintah Amerika Serikat juga menolak klaim Rusia bahwa Biden menerima jaminan keamanan dari mereka sebelum melakukan perjalanan ke Kyiv. Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Keamanan Nasional Rusia Dmitry Medvedev lewat Telegram pada Senin (20/2) mengatakan “Biden, setelah menerima jaminan keamanan, akhirnya pergi ke Kyiv.”
Penasehat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan kepada VOA saat memberi pengarahan kepada wartawan pada Selasa (21/2) bahwa A tidak mendapat jaminan semacam itu. Mereka (AS.red) memberitahu Rusia tentang keamanan yang menyertai Biden untuk memastikan agar “mereka tahu apa yang akan mereka lihat dan apa yang akan dilakukan Presiden Biden.”
“Hanya untuk memberitahu mereka bahwa Biden akan berada di sana dalam periode waktu ini, cara ia bepergian dan kapan ia akan keluar dari wilayah itu beserta (transportasi) yang digunakan,” ujar Sullivan. “Informasi ini sudah kami sampaikan. Mereka mengaku menerima informasi itu. Titik.”
Hubungan AS-Polandia
Presiden Biden, pada Selasa, memulai perjalanan keduanya ke Polandia dalam satu tahun terakhir, untuk kembali bertemu dengan Presiden Andrzei Duda. Biden menyampaikan rasa terima kasih kepada Duda atas dukungannya pada Ukraina, dan menyebut bahwa Amerika Serikat dan Polandia memiliki “hubungan yang penting.”
Biden menggarisbawahi komitmen AS pada prinsip pertahanan kolektif dalam Pasal 5 Piagam NATO, dan meyakinkan Duda bahwa aliansi itu akan menanggapi jika Rusia memperluas perangnya di luar Ukraina dan melancarkan serangan ke Polandia.
“Kami menegaskan kembali komitmen kuat untuk keamanan kolektif NATO, termasuk jaminan bahwa markas komando pasukan kami di Eropa akan berada di Polandia,” tegasnya.
Biden mengatakan kedua negara telah meluncurkan “kemitraan strategis baru” lewat rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir, dan meningkatkan keamanan energi Polandia.
Polandia telah menjadi sekutu tak tergoyahkan Ukraina, dengan memberikan senjata dan bantuan kemanusiaan bernilai miliaran dolar kepada pemerintahan Presiden Volodymyr Zelenskyy. Polandia telah menyambut para pengungsi Ukraina dan menyediakan pusat logistik penting untuk bantuan militer bagi Ukraina.
Biden sendiri, pada Senin, mengumumkan bantuan militer baru bernilai US$460 juta bagi Ukraina, dan mengatakan pemerintahnya akan segera mengumumkan gelombang sanksi baru lainnya terhadap individu dan perusahaan “yang mencoba mengelak atau menghidupkan kembali mesin perang Rusia.”
BACA JUGA: Tim Angkatan Udara NATO Latihan Patroli Udara di Rumania, Dekat UkrainaSimbolisme Geopolitik
Pidato di Warsawa yang disampaikan oleh seorang presiden Amerika Serikat untuk memperingati perang membawa simbolisme geopolitik yang signifikan. Selama Perang Dingin, Polandia terkunci di balik Tirai Besi sebagai pihak yang menandatangani Pakta Warsawa, sebuah perjanjian militer yang dibuat pada tahun 1955 oleh Uni Soviet dan beberapa negara Eropa Timur untuk mengimbangi NATO. Pakta Warsawa dibubarkan pada 1 Juli 1991.
Kastil Kerajaan Polandia, di mana Biden berpidato, dibangun pada tahun 1300-an dan telah menyaksikan banyak peristiwa penting dalam sejarah Polandia, termasuk penyusunan konstitusi pertama tahun 1791. Kastil tersebut sempat dihancurkan oleh Nazi Jerman saat Perang Dunia II dan kemudian dibangun kembali. Kini, kastil itu telah menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO.
Putin Salahkan Barat, Keluar dari START Baru
Beberapa jam sebelum pidato Biden, Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato kepada Majelis Federal Rusia di mana ia menyalahkan negara-negara Barat karena memprovokasi konflik, dan mengumumkan bahwa Rusia akan berhenti berpartisipasi dalam Perjanjian START yang baru.
Perjanjian START (Strategic Arms Reductions Treaty) yang baru mulai berlaku tahun 2011. Perjanjian tersebut membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat digunakan Amerika Serikat dan Rusia, dan soal penyebaran rudal dan pembom berbasis darat, serta kapal selam untuk meluncurkannya. Hal tersebut merupakan perjanjian pengendalian senjata nuklir signifikan terakhir yang tersisa diantara Amerika Serikat dan Rusia.
Putin juga mengatakan sanksi-sanksi ekonomi Barat terhadap Rusia “tidak mencapai hasil apapun dan tidak akan pernah mencapai hasil apapun.”
Sebelum kembali ke Washington DC, Biden pada hari Rabu (22/2) akan melangsungkan pertemuan dengan para pemimpin NATO – yang disebut sebagai “Bucharest Nine (B9) yaitu negara-negara yang berada di wilayah sayap paling timur NATO, yang mencakup Bulgaria, Republik Ceko, Estonia, Hungaria, Latvia, Lithuania, Polandia, Rumania, dan Slovakia. Negara-negara tersebut merasa paling terancam oleh Rusia dan telah mendorong tanggapan militer yang lebih kuat terhadap Rusia. [em/jm]