Biden Bergerak Cepat untuk Transisi Pemerintahan

Presiden terpilih AS Joe Biden (kiri) dan Wakil Presiden terpilih AS Kamala Harris dalam rapat virtual dengan Dewan Penasihat Covid-19 di teater The Queen di Wilmington, Delaware, 9 November 2020. (Foto: Angela Weiss / AFP)

Joe Biden dari partai Demokrat, yang diproyeksikan sebagai pemenang pemilihan presiden AS setelah mengalahkan petahana dari partai Republik, Presiden Donald Trump, telah bergerak cepat untuk memulai persiapan mengambil alih pemerintahan pada waktu ia dilantik pada 20 Januari dan membatalkan sejumlah kebijakan penting Trump.

Langkah ini diambil sementara Trump menyengketakan hasil pemilu 3 November lalu itu melalui sejumlah gugatan hukum, dengan mengklaim, tanpa bukti, bahwa telah terjadi ketidakberesan dalam penghitungan suara di beberapa negara bagian yang dimenangkan Biden dengan selisih sedikit.

Presiden terpilih Biden dan pasangannya, Wakil Presiden terpilih Kamala Harris, meluncurkan situs web bagi transisi mereka ke kekuasaan pada hari Minggu (8/11). Mereka mengatakan akan segera berfokus pada pandemi virus corona, resesi di ekonomi terbesar di dunia yang disebabkan oleh pandemi, perubahan iklim dan rasisme sistemik.

“Kami bersiap-siap untuk memimpin pada Hari Pertama, memastikan pemerintahan Biden-Harris mampu menerima berbagai tantangan paling mendesak yang kita hadapi: melindungi dan menjaga kesehatan bangsa kita, memperbarui peluang kita untuk berhasil, memajukan kesetaraan rasial, dan memerangi krisis iklim.”

Mereka menyatakan, “Kita berdiri bersama sebagai satu Amerika. Kita akan bangkit lebih kuat daripada sebelumnya.”

BACA JUGA: Menata Ulang Amerika, “PR” Besar Joe Biden

Biden, Senin (9/11) mengumumkan pembentukan panel penasihat mengenai virus corona yang beranggotakan 13 orang yang diketuai bersama oleh mantan pemimpin tertinggi bidang kesehatan AS Dr. Vivek Murthy, mantan Komisioner Badan Pengawasan Makanan dan Obat Dr. David Kessler serta dosen dari Yale University Dr. Marcella Nunez-Smith.

“Menghadapi pandemi virus corona merupakan salah satu pertempuran paling penting yang akan dihadapi pemerintahan kami, dan saya akan mendapat pengetahuan berdasarkan sains dan dari para pakar,” sebut Biden dalam suatu pernyataan.

Presiden terpilih Joe Biden di teater The Queen, Wilmington, Delaware, 9 November 2020. (Foto AP / Carolyn Kaster)

Selama berkampanye, Biden kerap menyerang Trump atas caranya menangani pandemi sementara kematian di kalangan warga Amerika meningkat menjadi yang terbanyak di dunia, yang menurut Johns Hopkins University sekarang ini mencapai 237 ribu. Trump dalam beberapa pekan ini mengatakan AS telah mulai berhasil mengatasi COVID-19.

Sepanjang pekan lalu, AS rata-rata mencatat 100 ribu lebih kasus baru virus corona per hari.

Situs web Biden-Harris membeberkan rencana terdiri dari tujuh poin dalam menghadapi virus corona, yang mencakup “pengujian reguler, andal dan gratis” bagi seluruh warga Amerika, “distribusi pengobatan dan vaksin yang efektif dan adil” begitu sudah tersedia dan suatu upaya menerapkan kewajiban mengenakan masker secara nasional yang ditentang banyak kalangan sebagai tindakan mencampuri kebebasan individu mereka.

Para pembantu Biden menyatakan bahwa pada hari pertama ia menjabat, Biden berencana untuk membuat AS, yang semula ditarik keluar, bergabung kembali dengan perjanjian iklim Paris dan membatalkan penarikan AS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dilakukan Trump.

Biden juga berencana mencabut larangan terhadap hampir semua pendatang dari sejumlah negara yang mayoritas penduduknya Muslim, dan untuk memberlakukan kembali program yang memungkinkan para Dreamer, orang-orang muda yang dibawa secara ilegal masuk AS sewaktu anak-anak, untuk tetap berada di Amerika.

Semasa kampanyenya, Biden juga mengatakan ia berencana untuk bergabung kembali dengan perjanjian internasional untuk mengekang program pembuatan senjata nuklir Iran yang dikecam Trump. Trump juga menarik AS keluar dari perjanjian itu. [uh/ab]