Biden Dikabarkan akan Kunjungi Arab Saudi, Negara yang Sempat Ia Sebut ‘Hina’

Presiden Joe Biden berbicara tentang serangkaian insiden penembakan massal yang terjadi di AS dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih, Washington, pada 2 Juni 2022. (Foto: AP/Evan Vucci)

Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan mengunjungi Arab Saudi pada bulan ini, menurut sejumlah laporan yang terbit pada Kamis (2/6). Hal itu berseberangan dengan sikap Biden sebelumnya yang sempat menyerukan agar kerajaan itu menjadi paria, alias negara yang hina.

Laporan mengenai keputusan itu muncul beberapa jam setelah Arab Saudi membahas dua prioritas utama Biden dan menyetujui kenaikan produksi minyak dan membantu memperpanjang gencatan senjata di Yaman yang dilanda perang.

BACA JUGA: Raja Saudi Dirawat di Rumah Sakit Jeddah

The New York Times, The Washington Post dan CNN, mengutip sejumlah sumber anonim, menyatakan bahwa Biden akan mampir ke Arab Saudi dalam kunjungan kerja internasional yang selanjutnya, seperti yang telah lama dirumorkan.

CNN mengatakan bahwa Biden akan menemui pemimpin de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, 36, yang dituduh oleh intelijen AS telah memerintahkan pembunuhan terhadap Jamal Khashoggi, wartawan pembangkang Arab Saudi, pada 2018.

Juru Bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan dirinya tidak memiliki pengumuman apa pun terkait rencana perjalanan Biden, dan hanya mengatakan bahwa, “Presiden akan mencari peluang untuk berkomunikasi dengan para pemimpin kawasan Timur Tengah.”

Biden berencana menghadiri KTT NATO di Spanyol dan KTT G7 di Jerman bulan ini.

Ia juga diperkirakan akan mengunjungi Israel, di mana, seperti di Arab Saudi, dirinya juga akan menghadapi pertanyaan tajam tentang diplomasi AS yang lamban menyangkut saingan kedua negara tersebut yaitu Iran.

BACA JUGA: Penerbangan Komersial Pertama Lepas Landas dari Yaman

Saat berkampanye dalam pemilihan presiden lalu, Biden menyerukan agar para pemimpin Saudi diperlakukan sebagai “paria sebagaimana mestinya” menyusul hubungan akrab pemerintahan AS saat itu di bawah Donald Trump dengan kerajaan ultrakonservatif tersebut.

Tak lama setelah dilantik sebagai presiden, Biden merilis laporan intelijen yang menyatakan bahwa pangeran mahkota Saudi mengizinkan pembunuhan Khashoggi. Pemerintah Biden lantas memberlakukan pembatasan visa terhadap puluhan warga Saudi yang dituduh mengancam para pembangkang kerajaan. [rd/em]