Biden Masih Unggul dalam Persaingan di Kubu Demokrat

Mantan Wapres AS dan bakal calon presiden unggulan Partai Demokrat, Joe Biden. (Foto:dok)

Jajak-jajak pendapat menunjukkan, mantan wakil presiden Joe Biden terus berada pada posisi memimpin dalam persaingan merebut nominasi calon presiden dari Partai Demokrat. Namun persoalan usianya yang sudah lanjut, dan kebiasaan salah bicaranya, membuat sejumlah pendukung Partai Demokrat mempertanyakan apakah ia kandidat terbaik untuk berhadapan dengan Presiden Donald Trump pada pemilu tahun depan. Reporter VOA Jim Malone melaporkan.

Di Iowa, Joe Biden berusaha mengukuhkan statusnya sebagai calon terunggul dari Partai Demokrat dengan menarget Presiden Donald Trump.

Saudara-saudara, jika kita beri dia waktu delapan tahun, saya yakin, dari dalam lubuk hati saya, ia akan selamanya mengubah karakter dan kepribadian kita. Inilah alasan mengapa kita harus mengalahkan Donald Trump pada 2020.Titik. Titik. Titik.”

Pada saat ini, Biden masih tetap memimpin dalam jajak-jajak pendapat nasional dan jajak-jajak pendapat di negara-negara bagian yang memiliki suara besar dalam pemilu. Namun, ia menghadapi tantangan kuat dari beberapa pesaingnya, termasuk Senator Elizabeth Warren.

"2020 adalah peluang kita. Kita akan membentuk pemerintahan yang berfungsi bagi semua warga Amerika. Ayo kita wujudkan. Bermimpilah besar! Berjuang keras! Ayo kita raih kemenangan!"

Meski sudah berusia 76 tahun, Biden terlihat sangat bersemangat dalam berkampanye. Namun ia juga mengundang banyak pertanyaan karena serangkaian kekeliruannya saat berbicara, termasuk komentarnya mengenai orang-orang miskin.

"Anak-anak miskin secerdas dan sepintar anak-anak kulit putih, anak-anak orang kaya, anak-anak kuli hitam, anak-anak Asia," jelasnya.

Biden juga sering menjadi target orang yang kemungkinan akan dihadapinya pada pemilu tahun depan, yakni Presiden Trump.

"Joe Biden tidak cerdas. Ia bukan orang yang bisa Anda pilih sebagai presiden, Tapi kalau dia mendapatkan nominasi, saya senang," kata Biden.

Menurut analis politik Vanessa Beasley dari Universitas Vanderbiltt, Biden sempat diserang dalam dua debat pertama, namun ia berhasil menunjukkan kemampuannya untuk menangkis serangan.

"Ada sejumlah bukti bahwa orang-orang dari Partai Demokrat menganggap ia sebagai orang yang memiliki peluang terbaik untuk mengalahkan Trump. Saya kira, publik dengan mudah memaafkannya karena mereka ingin mempertahankan status Biden sebagai orang yang paling diakui dan paling berpeluang mengalahkan Trump," jelas Beasley.

Meski demikian, pemilihan pendahuluan baru akan berlangsung Februari tahun depan, dan ini, menurut analis potitik dari Universitas Virginia, Kyle Kondik, memberi banyak waktu bagi para pesaingnya untuk mengalahkan Biden.

"Saya kira Biden jika terus memimpin hingga September dan Oktober, setelah beberapa debat lagi, ini akan membuktikan bahwa ia adalah unggulan yang dapat bertahan lama. Namun juga, karena perhatian yang semakin menguat, bukan tidak mungkin dukungan yang dimilikinya sekarang berpindah ke kandidat-kandidat lain, dan ini bisa berubah menjadi persaingan yang benar-benar terbuka," jelasnya.

Debat ketiga para kandidat calon presiden dari Partai Dermokrat akan digelar di Houston bulan depan. [ab/lt]