Presiden AS Joe Biden hari Senin (1/11) menjanjikan serangkaian target Amerika untuk membatasi pemanasan global, sementara para pemimpin dari 100 lebih negara berkumpul di Glasgow untuk mengikuti Konferensi Perubahan Iklim PBB, COP26.
“AS akan mampu memenuhi target ambisius yang saya tetapkan pada KTT para Pemimpin mengenai Iklim pada April lalu, mengurangi emisi AS 50 hingga 52 persen di bawah kadar tahun 2005 pada tahun 2030,” kata Biden. “Kami akan menunjukkan kepada dunia bahwa AS bukan hanya kembali pada meja diskusi tetapi juga mudah-mudahan memimpin dengan kekuatan dari teladan kami. Itulah sebabnya kami bekerja keras untuk menunjukkan bahwa komitmen iklim kami adalah berupa tindakan, bukan kata-kata.”
Target-target baru itu mencakup seperangkat komitmen iklim baru AS yang dibangun berdasarkan perjanjian global sebelumnya: diungkapkannya rencana bagi Rencana Darurat Presiden Untuk Adaptasi dan Ketahanan bernilai 3 miliar dolar untuk menangani kesadaran iklim, pembiayaan dan adaptasi berbagai upaya, yang merupakan bagian dari paket pendanaan iklimnya yang lebih luas. Tetapi tidak jelas apakah ia dapat memenuhi janji tersebut, yang masih memerlukan persetujuan Kongres.
BACA JUGA: Biden Puji Jokowi Soal Peran Indonesia di Panggung DuniaSelain itu, Biden mengemukakan sebuah legislasi yang berfokus di dalam negerinya yang bertujuan untuk mendukung infrastruktur AS sambil memangkas polusi gas rumah kaca hingga lebih dari 1 gigaton pada tahun 2030.
Legislasi itu telah dibahas Kongres AS selama berbulan-bulan dan para anggota badan legislatif merundingkannya dengan sengit, namun pada akhirnya gagal membawanya ke pemungutan suara sebelum Biden bertolak untuk mengikuti KTT itu pekan lalu.
AS telah goyah dalam komitmen iklimnya sendiri, dengan pengumuman mantan presiden Donald Trump pada tahun 2017 bahwa ia menarik AS dari Perjanjian Paris. Hal tersebut mulai berlaku pada November 2020, tetapi Biden bergabung kembali dengan perjanjian itu pada hari pertama ia menjabat.
Para pengkritik Biden mencatat bahwa sebagian komitmen iklim pemerintahannya tidak sebesar yang dijanjikan negara-negara maju lainnya.
BACA JUGA: Jokowi di COP26 Serukan Negara Maju Bantu Negara Lebih MiskinBiden juga mengatakan pada Minggu malam bahwa ia “kecewa” karena China dan Rusia belum mengajukan komitmen baru untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mereka.
“Kekecewaan ini berkaitan dengan fakta bahwa Rusia, dan bukan hanya Rusia tetapi juga China , pada dasarnya tidak mengajukan komitmen apapun untuk menangani perubahan iklim,” kata Biden. “Dan ada alasan mengapa orang-orang harus kecewa dengan itu. Saya sendiri merasa kecewa.”
Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menghadiri KTT itu. Pemerintahnya pada hari Senin menyetujui strategi iklim yang menetapkan target netralitas karbon pada tahun 2060.
“Rusia telah menetapkan perspektifnya dengan jelas,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan hari Senin. “Selain itu, Rusia berada di depan banyak negara, termasuk negara-negara Eropa Barat, dalam banyak parameter dalam hal transisi, ke cara-cara produksi yang kurang intensif karbon.”
BACA JUGA: Pemimpin G20 Janji Setop Pembiayaan PLTU Batu Bara di Luar NegeriChina, penghasil terbesar karbon dioksida dan gas-gas rumah kaca lainnya yang menyebabkan pemanasan global, Kamis lalu mengumumkan pihaknya tidak memiliki target signifikan baru untuk mengurangi emisi perubahan iklim.
“Rencana implementasi spesifik untuk bidang-bidang penting seperti energi, industri, konstruksi dan transportasi, dan sektor-sektor penting seperti batu bara, listrik, besi dan baja, dan semen, akan digulirkan, disertai dengan langkah-langkah pendukung dalam hal sains dan teknologi, penyerapan karbon, fiskal dan perpajakan, serta insentif finansial,” kata Presiden Xi Jinping dalam pidato tertulis di KTT Iklim hari Senin, menurut salinan yang dimuat di kantor berita China Xinhua.
Xi meminta agar negara-negara maju “sendiri berbuat lebih banyak” dan mendukung negara-negara berkembang dalam upaya iklim mereka.
KTT tahun ini didasarkan pada perjanjian yang mengikat secara hukum yang ditandatangani 196 pihak, termasuk AS, Rusia dan China, enam tahun lalu di Paris. Perjanjian internasional itu mengikat negara-negara tersebut untuk memulai pengurangan emisi yang bertujuan membatasi pemanasan bumi hingga 1,5 derajat Celsius dari tingkat pada masa praindustri.
BACA JUGA: KTT Iklim PBB Dibuka, Pemimpin Dunia akan Berfokus pada Perubahan Iklim“Kami mengikuti KTT ini dengan sekitar 65 persen ekonomi dunia mengikuti komitmen 1,5 derajat, dengan beberapa yang masih sangat berbeda signifikan, salah satunya adalah China, yang tidak akan terwakili pada tingkat pemimpin di COP26 dan yang kami yakini memiliki kewajiban untuk melangkah ke ambisi yang lebih besar sementara kita bergerak maju,” kata penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan hari Senin.
Sekjen PBB Antonio Guterres Senin mengatakan bahwa dunia tidak dapat menunggu.
“Enam tahun sejak Perjanjian Iklim Paris telah menjadi enam tahun paling panas dalam catatan,” katanya. “Kecanduan kita akan bahan bakar fosil mendorong umat manusia ke jurang. Kita menghadapi pilihan sulit: Hentikan itu, atau itu yang menghentikan kita.” [uh/ab]