Presiden AS Joe Biden pada hari Minggu (7/7) mengunjungi negara bagian Pennsylvania yang menjadi medan pertempuran politik. Ia mendesak agar ia dipilih kembali meskipun beberapa rekannya dari Partai Demokrat mengatakan ia harus segera menunjukkan bahwa ia memiliki ketajaman mental dan stamina fisik untuk melakukan kampanye kemenangan guna mengalahkan mantan Presiden Donald Trump pada pemilu bulan November mendatang.
Biden, 81 tahun, mengunjungi sebuah gereja yang jemaatnya merupakan warga kulit hitam di Philadelphia, dan bergurau dengan 300 jemaat tentang usianya, dengan mengatakan bahwa meskipun dia tampak seperti "40 tahun", dia "sudah ada sejak lama."
Dia mengatakan tujuannya adalah "menyatukan Amerika lagi. Sejujurnya saya sangat optimistis mengenai masa depan Amerika... jika kita tetap bersatu. Kita harus mengembalikan martabat dan harapan di Amerika."
Biden bersama Ibu Negara Jill Biden, kemudian bergerak menuju ke aula serikat pekerja lokal di Harrisburg, ibu kota negara bagian Pennsylvania, negara bagian yang harus dapat dimenangkan oleh Biden maupun Trump dalam pemilu tanggal 5 November.
BACA JUGA: Jelang Pilpres, Benarkah Media Semakin Memecah Rakyat AS?Biden telah berjanji untuk melanjutkan kampanyenya setelah kinerjanya terhenti pada debat tanggal 27 Juni dengan Trump di mana Biden kadang-kadang kehilangan pemikirannya dan tidak mampu melancarkan serangan berkelanjutan terhadap calon presiden dari Partai Republik atau secara konsisten membela masa jabatannya selama tiga setengah tahun ini.
Akibatnya, banyak anggota Partai Demokrat yang mempertanyakan – baik secara pribadi maupun secara terbuka – apakah Biden memiliki kemampuan mengalahkan Trump untuk kedua kalinya setelah menang tipis pada pemilu tahun 2020. Meskipun Biden tampak stabil selama wawancara pada Jumat (5/7) malam di ABC News, hal itu tidak menghilangkan kekhawatiran tentang pencalonannya di antara sesama anggota Partai Demokrat.
Lima anggota DPR dari Partai Demokrat telah meminta Biden untuk mundur, dan banyak anggota Partai Demokrat berpendapat bahwa Wakil Presiden Kamala Harris akan terbukti menjadi kandidat presiden yang lebih tangguh melawan Trump, yang menjadi calon Partai Republik untuk tiga pemilu berturut-turut.
Acara bincang-bincang berita pada hari Minggu menunjukkan kegelisahan yang dirasakan banyak anggota Partai Demokrat mengenai pencalonan Biden saat Trump unggul dalam jajak pendapat nasional guna merebut kembali kursi kepresidenan untuk masa jabatan empat tahun berikutnya mulai Januari 2025.
Anggota DPR Adam Schiff, seorang kandidat senator Partai Demokrat di California pada pemilu November, kepada acara “Meet the Press” di NBC mengatakan, “Pada akhirnya, ini adalah keputusan yang harus diambil oleh Presiden Biden dan hanya oleh Presiden Biden sendiri.”
BACA JUGA: Biden dalam Wawancara TV: "Saya Merasa Kurang Sehat Saat Debat"“Tetapi menurut saya, dia adalah presiden yang luar biasa,” kata Schiff. “Dia telah menciptakan jutaan lapangan kerja. Dia telah memperluas dan memperkuat aliansi NATO kita. Dia telah membawa kembali manufaktur ke negara ini. Dia telah melakukan serangan paling agresif terhadap perubahan iklim. Dia telah melakukan lebih banyak hal dalam satu masa jabatan dibandingkan dengan kebanyakan presiden lainnya, tidak peduli berapa pun banyaknya masa jabatan mereka.”
“Dan dia melawan seseorang yang merupakan pembohong patologis, seseorang yang telah menghancurkan negara ini karena kesalahannya dalam menangani pandemi mematikan. Seseorang yang patologis – bukan hanya pembohong yang patologis, tapi juga tidak bermoral, tidak senonoh, tidak layak untuk menjabat,” bantah Schiff.
Namun, Schiff menambahkan bahwa “penampilan Biden di panggung debat, menurut saya, patut menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat Amerika tentang apakah presiden tersebut memiliki kekuatan untuk mengalahkan Donald Trump. Seharusnya tidak terlalu ketat. Dan hanya ada satu alasan mengapa hal itu persaingan ketat dan itu adalah usia presiden.”
Senator Chris Murphy dari Connecticut, seorang pendukung Biden, kepada acara “State of the Union” CNN, mengatakan, “Minggu ini akan menjadi sangat penting,” karena presiden menjadi tuan rumah pertemuan NATO, aliansi militer utama Barat, di Washington dan mengadakan konferensi pers yang jarang terjadi pada hari Kamis.
Murphy menggambarkan Biden sebagai “salah satu politisi dengan komunikasi langsung terbaik yang pernah ada di negara ini, namun pertanyaannya adalah apakah hal tersebut masih berlaku. Ada banyak kecemasan di Amerika dan partai.”
Pakar strategi senior Partai Demokrat, David Axelrod, kepada acara CNN lainnya, “Inside Politics,” mengatakan bahwa Biden “sangat tidak memahami kenyataan” sehubungan dengan kemundurannya dalam persaingan melawan Trump.
Axelrod mengatakan Biden sering kali mengalahkan hambatan pribadi dan politik dalam lima dekade kariernya di kehidupan publik, namun “yang tidak bisa ia kalahkan adalah sang waktu. Dia tidak memenangkan persaingan ini. Kemungkinan besar dia akan kalah telak bukannya menang tipis.”
Biden tetap bersikeras bahwa dia akan tetap bersaing sebagai kandidat presiden, dan kepada ABC News dalam wawancara hari Jumat, mengatakan “Jika Tuhan datang dan mengatakan, 'Joe, keluar dari pencalonan,' saya akan keluar dari pencalonan. Namun Tuhan tidak datang.” [my/uh]