Israel, Rabu, memperluas serangan udaranya di Lebanon, menembak jatuh rudal yang ditembakkan kelompok bersenjata Hizbullah ke badan mata-mata Mossad di dekat Tel Aviv. Ini meningkatkan konflik antara kedua musuh bebuyutan.
Menteri kesehatan Lebanon Firass Abiad dalam konferensi pers mengungkapkan bahwa setidaknya 51 orang tewas dan 223 orang terluka dalam serangan tersebut. Ia juga memperkirakan jumlah pengungsi di Lebanon mencapai ratusan ribu.
Hizbullah yang didukung Iran mengklaim telah menarget markas besar Mossad dengan apa yang digambarkannya sebagai rudal balistik. Ini pertama kali dalam hampir satu tahun peperangan di mana Tel Aviv, di Israel tengah, menjadi sangat terancam.
BACA JUGA: Hizbullah Serang Pangkalan Mossad dekat Tel Aviv dengan RudalPerdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Rabu, mengatakan bahwa ia tidak dapat menginformasikan secara rinci apa yang sedang mereka lakukan.
Satu hal yang pasti, kata Netanyahu, "Kami bertekad memulangkan penduduk kami di utara dengan selamat. Kami memberi pukulan kepada Hizbullah yang tidak mereka bayangkan. Kami melakukannya dengan kekuatan, kami melakukannya dengan tipu daya. Saya janjikan satu hal kepada kalian, kita tidak akan berhenti sampai mereka pulang."
Hizbullah meluncurkan puluhan proyektil ke Israel, termasuk rudal ke Tel Aviv yang merupakan serangan terdalam kelompok militan tersebut sejauh ini. Tembakan rudal pada Rabu dini hari menandai eskalasi lebih lanjut setelah serangan Israel di Lebanon menewaskan ratusan orang.
Komandan militer Israel, Rabu, memberitahu pasukan bahwa serangan udara di Lebanon akan berlanjut untuk menghancurkan infrastruktur Hizbullah dan membuka jalan bagi kemungkinan operasi darat oleh pasukan Israel.
Menanggapi itu, wakil juru bicara Pentagon, Sabrina Singh, kepada wartawan mengatakan "Itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat." Ia menambahkan "kami ingin melihat resolusi diplomatik dan solusi untuk mencegah perang habis-habisan."
Sementara itu, para pemimpin dunia menyatakan kekhawatiran bahwa konflik yang terjadi bersamaan perang Israel di Gaza melawan Hamas, dengan cepat meningkat sementara jumlah korban tewas di Lebanon meningkat dan ribuan orang mengungsi.
Presiden Joe Biden, Rabu, mengatakan bahwa "perang habis-habisan" masih mungkin terjadi karena pertempuran antara Israel dan Hizbullah meningkat. Tetapi ia berharap dicapai jalan keluar untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut.
Biden mengatakan itu dalam wawancara untuk acara "The View" di TV ABC. Komentarnya muncul setelah berhari-hari Israel dan militan Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon, saling serang. Sudah ratusan orang tewas dan memicu kembali ketakutan akan perang yang lebih luas di Timur Tengah.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Rabu, mengatakan risiko eskalasi di Timur Tengah "akut" dan bahwa AS dan sekutunya bekerja tanpa lelah untuk mencegah perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah.
Your browser doesn’t support HTML5
Berbicara pada awal pertemuan dengan pejabat-pejabat senior dan menteri-menteri Dewan Kerjasama Teluk (GCC) di New York, Blinken mengatakan, "Jawaban terbaik adalah diplomasi dan upaya terkoordinasi kita sangat penting untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan untuk membuka jalan menuju perdamaian dan stabilitas yang lebih besar.”
Seorang pejabat AS yang tidak mau disebutkan namanya, Rabu, mengatakan bahwa AS tengah aktif menegosiasikan gencatan senjata antara Israel dan Lebanon.
"Kami tengah melakukan diskusi aktif dengan Israel dan negara-negara lain untuk mencoba mencapai gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah," kata pejabat itu.
PM Starmer Desak Warga Inggris Keluar dari Lebanon
Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer berada di New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB. Ia menyatakan sangat khawatir akan eskalasi di Timur Tengah dan mengimbau semua pihak agar mundur dari jurang konflik dan melakukan deeskalasi.
“Kita memerlukan gencatan senjata supaya ini dapat diselesaikan secara diplomatis,” cetusnya.
Pada Rabu, ia mendesak warga Inggris agar sekarang juga keluar dari Lebanon seiring meningkatnya risiko konflik yang lebih luas dengan Israel.
"Rencana darurat sedang ditingkatkan. Namun, jangan menunggu itu. Masih ada penerbangan komersial. Sangat penting bagi kalian untuk mendengar pesan saya, segera pergi," tandas Starmer.
Inggris mengerahkan 700 tentaranya. Mereka tiba Rabu di pulau Siprus, sebagai persiapan untuk kemungkinan evakuasi warganya dari Lebanon.
Ini pekan paling mematikan di Lebanon sejak perang Israel dan Hizbullah selama sebulan pada 2006. [ka/lt]