Biden-Putin akan Berdialog, AS Perintahkan Staf Kedutaan Tinggalkan Ukraina

Presiden Joe Biden berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon dari kediaman pribadinya di Wilmington, Del., Kamis, 30 Desember 2021. (Adam Schultz/The White House via AP)

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan berdialog pada Sabtu (12/2) di tengah peringatan Amerika dan negara-negara Barat mengenai kemungkinan perang di Ukraina yang dapat meletus kapan saja.

Washington memerintahkan sebagian besar staf kedutaannya untuk meninggalkan Ukraina pada Sabtu (12/2). Sebelumnya seruan serupa juga ditujukan kepada warga negara AS agar meninggalkan negara itu sesegera mungkin.

Selain itu, sekitar 150 tentara dari Garda Nasional Florida yang berada di Ukraina untuk melatih pasukan Ukraina, juga meninggalkan negara itu karena ancaman invasi Rusia yang meningkat, dua pejabat AS mengatakan kepada Reuters.

Penumpukan militer Rusia di dekat Ukraina dan gelombang aktivitas militer telah memicu kekhawatiran bahwa Rusia dapat menyerang. Moskow membantah adanya rencana tersebut.

Prajurit terlihat di dekat Cillage of Zolote, daerah pelepasan pemerintah dan pasukan pemberontak yang didukung Rusia, di wilayah Ukraina timur Luhansk, Ukraina. (Foto: REUTERS/Gleb Garanich)

Putin meminta panggilan telepon antara para pemimpin dilakukan pada Senin (14/2), kata seorang pejabat Gedung Putih. Namun Biden ingin melakukannya lebih cepat karena Washington merinci laporan yang semakin jelas tentang kemungkinan serangan Rusia terhadap Ukraina.

Australia, Selandia Baru, Jerman, Italia dan Belanda pada Sabtu (12/2) bergabung dengan negara-negara yang mendesak warganya untuk meninggalkan Ukraina. Washington mengatakan pada Jumat (11/2) bahwa invasi Rusia, termasuk kemungkinan serangan udara, dapat terjadi kapan saja.

Moskow telah berulang kali membantah peristiwa versi Washington, dengan mengatakan pihaknya telah mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina untuk menjaga keamanan negaranya terhadap agresi yang dilakukan sekutu NATO.

BACA JUGA: Menlu AS: Rusia Bisa Serang Ukraina Kapan Saja

Rusia, yang menuduh negara-negara Barat menyebarkan kebohongan, mengatakan pada Sabtu (12/2) bahwa pihaknya telah memutuskan untuk "mengoptimalkan" jumlah staf diplomatiknya di Ukraina, karena khawatir akan "provokasi" oleh Kyiv atau pihak lain.

Moskow tidak mengatakan apakah itu berarti pengurangan jumlah staf. Namun ditegasakan bahwa kedutaan dan konsulat di Ukraina terus menjalankan fungsi utama mereka.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Washington akan menjatuhkan sanksi ekonomi cepat jika Moskow menyerang. [ah]