Presiden Amerika Serikat Joe Biden bertaruh besar pada perekonomian AS untuk mendorongnya agar terpilih kembali tahun depan dalam pemilihan presiden AS, dengan meluncurkan slogan “Bidenomics” kepada para pemilih minggu ini.
Bidenomics atau ekonomi yang diprakarsai Presiden Biden bercita-cita membina sebuah masa depan ekonomi untuk “keluarga dan komunitas yang tertinggal dan malahan yang tidak memperoleh perhatian.” Pada hari Rabu (28/6) Presiden Biden berkunjung ke Chicago dan tujuannya adalah untuk memperkenalkan Bidenomics kepada dunia.
Ketika meluncurkan kebijakan ekonominya itu Biden mengatakan, “Bidenomics terkait dengan pembangunan ekonomi dari kelas bawah dan menengah ke atas bukan strategi yang top down. Ada tiga perubahan mendasar yang kami lakukan, dan kita harus membantu Kongres melakukannya. Pertama, melakukan investasi yang cerdas di Amerika. Kedua, mendidik dan memberdayakan pekerja Amerika untuk menumbuhkan kelas menengah. Dan ketiga, menggalakkan persaingan guna menurunkan biaya dan membantu bisnis kecil.”
Setelah mewarisi perekonomian yang rusak akibat pandemi COVID-19, kemudian dilanda inflasi yang berkepanjangan dan kesengsaraan rantai pasokan, Biden kesulitan meyakinkan warga AS bahwa ia telah melakukan pekerjaannya dengan baik.
BACA JUGA: Kandidat Capres AS Ron DeSantis Ingin Akhiri Hak Kewarganegaraan Berdasarkan Tempat LahirJajak pendapat ABC News/Washington Post Mei lalu bahkan menunjukkan bahwa pesaing Biden yang dirundung skandal dan kemungkinan akan menjadi pesaingnya dalam ‘pertandingan ulang’ 2024, mantan Presiden Donald Trump, memimpin sejauh 18 persen ketika responden ditanya soal siapa yang lebih baik menangani perekonomian.
Dengan memperkenalkan sebuah citra baru pekan ini, yang disampaikan melalui pidato Biden di Chicago hari Rabu, Gedung Putih berharap keadaan akan berbalik. Menurut Wakil Sekretaris Pers Utama Gedung Putih Olivia Dalton, “Bidenomics” adalah kata kuncinya.
Ini adalah “kata hari ini, kata pekan ini, kata bulan ini, kata tahun ini di Gedung Putih,” ungkapnya.
Slogan itu sengaja mempermainkan sekaligus mencela istilah terkenal “Reaganomics” dari masa kepresidenan Ronald Reagan tahun 1980-an, ketika gagasan “ekonomi trickle-down” disebut-sebut sebagian pihak sebagai pemicu pertumbuhan pesat AS.
Sebaliknya Bidenomics dimulai dari bawah, dan minggu ini Biden mencontohkan hal itu dengan mengumumkan investasi lebih dari $40 milyar untuk internet berkecepatan tinggi di daerah pedesaan. Dia menggambarkan prakarsa ini sebagai terobosan yang mirip dengan langkah mantan Presiden Franklin Delano Rosevelt (FDR) untuk melakukan elektrifikasi pedesaan Amerika hampir satu abad yang lalu.
Gedung Putih mengatakan bahwa Biden datang untuk mengubur “Reaganomics.”
“Ia menolak ekonomi trickle-down, teori yang menyatakan bahwa [manfaat] pemotongan pajak bagi kalangan berada akan menetes ke bawah – bahwa yang kita butuhkan adalah agar pemerintah menyingkir,” kata Lael Brainard, direktur Dewan Ekonomi Nasional, kepada wartawan.
Ekonomi trickle down merupakan konsep ekonomi di mana kelonggaran yang diberikan kepada pemilik modal pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalon mengatakan, Biden justru akan fokus pada “keyakinan bahwa kita menumbuhkan perekonomian ketika kita mendukung warga kelas menengah.”
Reaksi Partai Republik
Pihak Republik mengkritik rencana itu dan mengatakan kebijakan itu merupakan langkah pemajakan, regulasi, dan belanja berlebihan, yang menurut mereka telah meningkatkan inflasi dan utang nasional.
Beberapa jam sebelum Biden berbicara, pihak Republik di Senat merilis sebuah kritik terhadap Bidenomics.
Jajak pendapat memperlihatkan sekitar sepertiga dari warga Amerika menyetujui pendekatan Biden terhadap ekonomi.
Chris Jackson adalah VP senior untuk humas dari lembaga poling Ipsos, katanya, “Jadi berita buruknya, setiap orang tahu. Berita bagusnya, sangat sedikit warga Amerika yang tahu. Dalam lingkungan seperti itu, sulit untuk meyakinkan orang bahwa Anda melakukan pekerjaan dengan baik ketika tidak ada yang tahu apa sebenarnya yang baik itu.”
Dan analis mengatakan dunia mencermati ekonomi terbesar di dunia itu di tengah-tengah resesi di Eropa dan pertumbuhan tertatih-tatih ekonomi di China. [rd/rs/jm]