Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping akan bertemu pada 16 November di sela-sela KTT forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Lima, Peru, kata Gedung Putih, Rabu (13/11).
Pertemuan tersebut menyusul dialog langsung terakhir mereka setahun silam di sela-sela KTT APEC di California, dan pertemuan 2022 di Bali di sela-sela KTT G-20.
Biden dan Xi diperkirakan akan meninjau kembali beberapa bidang kerja sama, khususnya dimulainya kembali kontak militer-ke-militer, upaya memerangi krisis fentanil global dan tugas baru menghadapi bahaya Kecerdasan Buatan (AI), kata seorang pejabat senior pemerintah dalam pengarahan dengan para wartawan, Rabu.
Presiden AS itu juga akan mengemukakan “keprihatinan mendalam” terkait dukungan Beijing bagi perang Moskow melawan Ukraina, dan pengerahan pasukan Korea Utara untuk membantu Rusia, kata pejabat yang minta tidak disebut namanya sewaktu berbicara mengenai pertemuan mendatang. Pejabat itu mengatakan Biden juga akan menegaskan kembali “keprihatinan lamanya” mengenai “kebijakan perdagangan yang tidak adil dan praktik ekonomi nonpasar China” yang merugikan pekerja Amerika.
BACA JUGA: Amerika Tegaskan Kembali Kebijakan 'Satu China'Pejabat itu menambahkan Biden akan mengangkat mengemukakan upaya serangan siber China terhadap infrastruktur sipil penting AS serta ditingkatkannya aktivitas militer Beijing di sekitar Taiwan dan Laut China Selatan sambil menegaskan tentang pentingnya menghormati HAM.
Pertemuan itu kemungkinan besar akan menjadi yang terakhir antara Biden dan Xi sebelum pemerintahan mendatang pimpinan Donald Trump mulai menjabat pada bulan Januari. Presiden terpilih itu telah mengangkat kritikus keras China di beberapa posisi kebijakan luar negeri penting yang dapat menyebabkan sikap AS yang lebih konfrontatif terhadap Beijing. Mereka antara lain adalah anggota DPR dari partai Republik Mike Waltz sebagai pilihan Trump untuk posisi penasihat keamanan nasional dan Senator Marco Rubio sebagai menteri luar negeri.
Apa pun yang diputuskan oleh pemerintahan mendatang, mereka perlu menemukan cara-cara untuk mengelola “hubungan yang rumit dan sulit” antara AS dan China, kata pejabat itu menanggapi pertanyaan VOA.
“Rusia, isu-isu lintasselat, Laut China Selatan dan siber merupakan bidang-bidang yang oleh pemerintahan mendatang perlu dipikirkan secara hati-hati, karena itulah bidang-bidang dengan perbedaan kebijakan yang mendalam dengan China, dan saya perkirakan itu tidak akan hilang,” kata pejabat itu.
Xi kemungkinan besar juga mengantisipasi apa yang direncanakan akan dilakukan oleh pemerintahan Trump terkait perdagangan global, khususnya mengenai apakah ia akan mewujudkan janjinya untuk menerapkan tarif yang tinggi terhadap semua barang China. [uh/ab]