“Binatu Sederhana, Beri Kesempatan Hidup Layak Transpuan Lansia”

Your browser doesn’t support HTML5

Bekerja di sebuah binatu kecil di Depok, Jawa Barat, penghasilannya tidak seberapa, namun maknanya luar biasa bagi Edo Kusuma, seorang transpuan lansia berumur 70 tahun. Akrab disapa Oma Dona, ia mulai bekerja di sebuah binatu yang lahir dari kepedulian seorang perempuan Indonesia bernama Nia English, yang berhasil dapatkan dana hibah sebesar $10.000 atau sekitar Rp 140 juta. Seluruh dananya diperuntukkan untuk memberi kail bagi kelompok transpuan lansia agar bisa berdaya. Menurut Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia, Yulianus Rettblaut atau Mami Yuli, mayoritas waria berurbanisasi dari daerah ke kota setelah dapat penolakan dari keluarganya. Ditambah stigma dan diskriminasi masyarakat, kehidupan kelompok transpuan semakin sulit. Hidup semakin menantang bagi kelompok transpuan usia lanjut. Tidak hanya minim bekal pengamanan di hari tua dan hidup tanpa keluarga, transpuan lansia banyak yang tidak memiliki KTP. Konsekuensinya, mereka tidak punya akses jaminan kesehatan sosial.
Akrab disapa Oma Dona, ia mulai bekerja di sebuah binatu yang lahir dari kepedulian seorang perempuan Indonesia bernama Nia English, yang berhasil dapatkan dana hibah sebesar $10.000 atau sekitar Rp 140 juta. Seluruh dananya diperuntukkan untuk memberi kail bagi kelompok transpuan lansia agar bisa berdaya.

Menurut Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia, Yulianus Rettblaut atau Mami Yuli, mayoritas waria berurbanisasi dari daerah ke kota setelah dapat penolakan dari keluarganya. Ditambah stigma dan diskriminasi masyarakat, kehidupan kelompok transpuan semakin sulit.

Hidup semakin menantang bagi kelompok transpuan usia lanjut. Tidak hanya minim bekal pengamanan di hari tua dan hidup tanpa keluarga, transpuan lansia banyak yang tidak memiliki KTP. Konsekuensinya, mereka tidak punya akses jaminan kesehatan sosial.