Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken hari Minggu (23/1) memperingatkan Rusia bahwa Amerika mengetahui “semua taktik dan teknik” yang digunakan Rusia untuk merongrong pemeritah Ukraina, tetapi akan terus terlibat dalam pembicaraan diplomatik guna meredakan ketegangan di bagian timur Eropa.
“Ada kemungkinan diplomasi yang dilakukan Rusia hanya gerakan-gerakan semata, dan itu tidak akan mempengaruhi keputusan akhir mereka untuk melakukan serangan atau campur tangan dalam bentuk lain di Ukraina atau tidak,” ujar Blinken dalam “Meet the Press” di stasiun televisi NBC.
“Namun, kami bertanggung jawab untuk melakukan diplomasi selama yang kami bisa karena itu cara yang lebih bertanggungjawab untuk mengakhiri hal ini,” tegasnya.
BACA JUGA: Blinken kepada Lavrov: AS dan Sekutu Siap Tanggapi Jika Rusia Invasi UkrainaDalam wawancara terpisah di “State of the Union” CNN, Blinken mengesampingkan kemungkinan untuk segera menjatuhkan sanksi ekonomi berat terhadap Rusia, sebagaimana yang disampaikan beberapa pejabat Amerika sebelumnya jika Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Ukraina.
Rusia telah menempatkan 127.000 tentara di perbatasannya dengan Ukraina, negara yang merupakan bekas Uni Sovyet.
“Jika hal itu (sanksi ekonomi.red) diterapkan sekarang,” ujar Blinken tentang kemungkinan menjatuhkan sanksi, “Anda kehilangan faktor pencegahnya.”
Berbicara di CNN, Senator Republik dari negara bagian Iowa Joni Erns menuduh pemerintahan Biden melakukan “doktrin untuk mengalah” ketika berurusan dengan Rusia dalam hal ancamannya terhadap Ukraina. “Sanksi-sanksi itu harus diberlakukan sekarang,” ujar Erns, “karena Presiden Putin hanya memahami kekuatan dan kekuasaan. Kita harus memiliki tekad yang kuat.”
Blinken menolak mengomentari laporan intelijen Inggris bahwa Rusia berusaha menggantikan pemerintahan Ukraina dengan pemerintahan yang pro-Rusia. Rusia menolak klaim itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova lewat aplikasi pesan Telegram mengatakan “disinformasi yang disebarluaskan Kantor Urusan Luar Negeri Inggris semakin membuktikan bahwa negara-negara anggota NATO, yang dipimpin Anglo-Saxons, yang meningkatkan ketegangan di sekitar Ukraina.” Zakharova menegaskan “kami menyerukan agar Kantor Urusan Luar
Negeri Inggris menghentikan kegiatan-kegiatan provokatif dan berhenti menyebarluaskan omong kosong.” [em/jm]