Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, pada Selasa (10/9), mendesak Israel untuk membuat "perubahan mendasar" dalam operasinya di Tepi Barat yang diduduki. Ia mengatakan itu setelah militer Israel mengakui tembakannya kemungkinan menewaskan seorang aktivis, yang juga warga negara AS, di wilayah tersebut.
Presiden AS Joe Biden berpendapat pembunuhan Aysenur Ezgi Eygi adalah "kecelakaan," tetapi Blinken menyatakan bahwa penembakan itu "tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan."
Setelah tanggapan yang awalnya terukur atas kematian Eygi pada Jumat (6/9), sambil menunggu hasil pengumpulan fakta, Blinken mengatakan AS akan membawa kasus tersebut ke tingkat senior dengan sekutu utamanya.
Hasil penyelidikan, dan keterangan saksi mata, memperjelas "bahwa pembunuhannya tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan," Blinken mengatakan kepada wartawan sewaktu berkunjung ke London.
"Tidak seorang pun seharusnya ditembak dan dibunuh karena menghadiri protes," katanya.
BACA JUGA: Borrel: Tanpa Tindakan International Tepi Barat akan Jadi Gaza Baru'"Menurut kami, pasukan keamanan Israel perlu membuat beberapa perubahan mendasar dalam cara mereka beroperasi di Tepi Barat, termasuk perubahan pada aturan keterlibatan mereka.
"Ini warga negara Amerika kedua yang tewas di tangan pasukan keamanan Israel. Ini tidak dapat diterima. Ini harus diubah," cetus Blinken.
Namun, Biden mengatakan kepada wartawan beberapa jam kemudian bahwa pembunuhan itu tampaknya kecelakaan.
Namun, pasangan Eygi membantah pernyataan Biden tersebut, dan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "ini bukanlah kecelakaan dan pembunuhnya harus bertanggung jawab."
Eygi merupakan anggota dari organisasi pro-Palestina, Gerakan Solidaritas Internasional (ISM).
Pada Sabtu (7/9), organisasi tersebut membantah klaim yang menyebutkan bahwa para aktivis ISM melempar batu ke arah pasukan Israel dan mengatakan bahwa aksi demonstrasi yang digelar aktivisnya berjalan damai. [ka/jm/rs]