CEO produsen mobil mewah Jerman BMW pada Rabu (8/5) memperingatkan penyelidikan Uni Eropa terhadap subsidi mobil listrik China yang bertentangan dengan prinsip perdagangan bebas.
Uni Eropa meluncurkan penyelidikan ini tahun lalu, karena khawatir subsidi China menjadi ancaman bagi industri otomotif Eropa yang luas.
Tindakan itu membuat marah Beijing, memicu kecemasan akan terjadi perang dagang antara blok tersebut dengan China sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.
CEO BMW, Oliver Zipse yang memiliki investasi besar di China, pasar mobil terbesar di dunia mengatakan, perusahaan yang berpusat di Munich itu "selalu mengusahakan perdagangan bebas".
“Apa yang kita alami kini dengan penyelidikan anti-subsidi terhadap China adalah kebalikan dari apa yang kita perkirakan,” katanya ketika dihubungi setelah kelompok perusahaan itu melaporkan penurunan laba pada kuartal pertama.
BACA JUGA: Kebijakan Impor EV China ke Uni Eropa, Sanksi atau Kerja Sama?Peringatan BMW tampaknya tidak akan menghentikan UE untuk mengenakan tarif tambahan terhadap produsen mobil China, katanya, tetapi ia berharap langkah itu hanya sementara.
Ia mengacu pada kenyataan bahwa banyak impor China ke Eropa dilakukan oleh produsen non-China yang beroperasi di negara itu, termasuk perusahaan Jerman.
Menurut LSM Transport & Environment, hampir 20 persen dari seluruh mobil listrik yang dijual di seluruh UE tahun lalu dibuat di China, tetapi lebih dari separuhnya dibuat oleh produsen mobil Barat.
BMW memiliki pusat produksi besar di Shenyang, yang memproduksi mobil melalui usaha patungan.
Grup BMW di China menjual hampir 183.000 kendaraan, turun 4,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. [ps/jm]