Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan koordinasi dan evaluasi kesiapan penanganan bencana Merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Bersama sejumlah kementerian, lembaga terkait dan pemerintah daerah, BNPB ingin memastikan pembelajaran dari bencana erupsi 2010 terlaksana dengan baik. Targetnya, kata Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Lilik Kurniawan, tidak ada korban jiwa jika Merapi benar-benar erupsi.
“Tujuan kami adalah memastikan semuanya baik-baik saja, sehingga tujuan kita zero victim, apabila ada letusan pada erupsi itu bisa terwujud tahun 2020 ini,” kata Lilik di Yogyakarta, Jumat (13/11) petang.
Koordinasi pertama BNPB dilakukan bersama Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), BPBD Yogyakarta dan BPBD Jawa Tengah. Lilik menegaskan, BPPTKG adalah sumber informasi utama dan tunggal terkait kondisi Merapi, termasuk seluruh rekomendasi yang diberikan.
Pemerintah dua provinsi dan empat kabupaten di kaki Merapi, yaitu Sleman di Yogyakarta, serta Magelang, Boyolali dan Klaten di Jawa Tengah harus menerapkan standar prosedur operasi yang telah disepakati bersama.
“Mulai 2010, sebenarnya desa-desa yang ada di sekeliling Merapi sudah melaksanakan program Desa Tangguh Bencana. Kami tenang saat kemarin mengumpulkan relawan dari empat kabupaten tadi, salah satu kesimpulannya adalah mereka bisa menangani, dan kalau butuh bantuan, mereka akan minta bantuan. Itu menunjukkan masing-masing daerah, ketangguhan sudah muncul,” tambah Lilik.
Tindakan pengungsian kelompok rentan, seperti lanjut usia, balita, ibu menyusui, ibu hamil dan difabel, kata Lilik, sudah menunjukkan bahwa prosedur dilaksanakan dengan benar. Selain itu, penataan tempat pengungsian dengan pemisah antarkeluarga juga dinilai tepat. Prioritas pencegahan Covid 19 juga telah diterapkan dengan baik.
“Kita akan mendukung dari BNPB, terutama untuk melakukan swab antigen bagi relawan-relawan yang nanti akan bekerja, masuk ke tempat-tempat evakuasi yang diisi oleh saudara-saudara kita kelompok rentan tadi,” tambah Lilik.
Tahun ini, ada tiga potensi bencana yang datang bersamaan dan harus diwaspadai, kata Lilik, yaitu erupsi Merapi, Covid 19 dan potensi banjir lahar akibat dampak La Nina.
Kepala Pelaksanaan BPBD DI Yogyakarta, Biwara Yuswantana menyebut saat ini kelompok rentan sudah diungsikan.
“Update tadi malam, ada 166 warga yang di sana, yang sudah dievakuasi di Glagaharjo. Tentu kita juga melakukan langkah-langkah lebih lanjut untuk kesiapan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi,” kata Biwara.
Antisipasi yang dilakukan, lanjutnya, adalah dengan mengaktivasi setiap desa yang berbatasan dengan Kawasan Rawan Bencana, sebagai Desa Tangguh Bencana. Desa-desa di tiga kecamatan paling dekat telah diminta bersiap, sementara pemerintah akan menyiapkan barak-barak pengungsian agar siap dipakai sewaktu-waktu.
Persiapan juga dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Harian BPBD Jawa Tengah, Safrudin memastikan pihaknya bergerak langsung begitu status Merapi dinaikkan oleh BPPTKG.
“Gubernur sudah berkeliling ke tiga kabupaten, Klaten, Boyolali dilanjutkan ke Magelang. Kami, Selasa kemarin juga sudah mengumpulkan dan membuka kembali rencana kontijensi yang sudah kami susun untuk mengkonsolidasikan bidang-bidang yang ada di dalam rencana kontijensi terkait kesiapsiagaan menghadapi erupsi Merapi,” kata Safrudin.
BPBD Jawa Tengah telah membagi bidang-bidang penanganan sesuai tugas yang dijalankan. Penyelamatan dan evakuasi dikoordinasikan oleh Badan SAR, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Sedangkan logistik pengungsi dikelola oleh Dinas Sosial, yang langsung mengirimkan logistik dan dapur umum di titik-titik pengungsian.
Hingga saat ini, setidaknya ada 1.457 pengungsi di dua provinsi dari kelompok rentan yang telah mengisi lokasi pengungsian. Sementara sekurangnya 3.000 ternak, didominasi sapi juga dalam pemantauan untuk sewaktu-waktu dipindahkan. Mayoritas ternak ini ada di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang merupakan pusat produksi susu sapi.
Your browser doesn’t support HTML5
Kepala BPPTKG, Hanik Humaida dalam keterangannya pada Jumat petang menyebut, aktivitas Merapi saat ini masih tinggi. Tidak ada penurunan, tetapi juga belum tercatat peningkatan signifikan.
“Jadi, bisa dikatakan kondisinya stabil, tetapi stabil tinggi,”kata Hanik.
Merapi juga terus mengalami luncuran material dari puncak, mencapai jarak 2-3 kilometer. Luncuran itu menandakan ada desakan kuat dari dapur magma yang mendorong material di puncak untuk gugur ke berbagai arah. [ns/ab]