BNPB: Wilayah Indonesia Selatan Rentan Gempa dan Tsunami pada 2013

Warga setempat dan wartawan memeriksa sebuah rumah yang hancur akibat gempa 6,3 skala Richter di Sigi, Sulawesi. (Foto: Dok)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa wilayah selatan Jawa, Nusa Tenggara dan Papua rentan gempa bumi disertai tsunami.
Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Kamis (20/12), menjelaskan sepanjang 2013 mendatang, sebagian besar wilayah Indonesia masih berpotensi menghadapi bencana alam, diantaranya wilayah selatan Jawa hingga Nusa Tenggara, serta utara Papua, yang rentan terhadap gempa bumi disertai ancaman Tsunami.

“Daerah-daerah yang rawan terhadap gempa bumi dan tsunami ya sepanjang jalur subduksi pertemuan lempeng tektonik, yaitu sepanjang barat Sumatra Barat, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sampai dengan Papua bagian utara, Halmahera dan Sulawesi Utara,” ujarnya.

Untuk daerah-derah banjir, tambahnya, adalah sepanjang timur pantai Sumatra, pantai utara Jawa, sebagian selatan Jawa dan sebagainya.

“Ada sekitar 240 kabupaten/kota yang rawan banjir. Kemudian puting beliung, kalo kita liat di Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) ada yang zona merah dan ada yang zona sedang. Kemudian kalau yang longsor ada di wilayah-wilayah yang memiliki topografi cukup tinggi seperti di Bogor, Cianjur dan sebagainya,” kata Sutopo.

Ia menambahkan, 233 kabupaten/kota di seluruh Indonesia rawan tsunami, namun demikian potensi bencana tersebut sangat tergantung dari efek kekuatan gempa bumi yang terjadi.

Untuk letusan gunung berapi, Sutopo menjelaskan, saat ini ada enam gunung yang berstatus Siaga/Level 3. Gunung-gunung tersebut adalah Raung di perbatasan kabupaten Banyuwangi-Bondowoso-Jember, Jawa Timur; Rokatenda di kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur; Sangeangapi di kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat; Lokon di kota Tomohon, Sulawesi Utara; Karang Etang di kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara; dan Ijen di kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Sutopo mengatakan banjir dan longsor berpotensi terjadi hingga Maret 2013, dengan puncaknya pada Februari.

Untuk melakukan antisipasi penanggulangan bencana, Sutopo menjelaskan, BNPB akan menjalankan empat program pelaksanaan Masterplan Tsunami mulai awal 2013.

“Dalam masterplan pengurangan resiko bencana yang kita mulai 2013 nanti, akan dipasang atau ditambahi beberapa instrumen alat deteksi gempa bumi tsunami di beberapa wilayah yang berpotensi dua hal itu, termasuk pemasangan sistem peringatan dini dengan berbasis komunitas,” ujarnya.

Sutopo menambahkan, dana yang disediakan untuk antisipasi bencana pada 2013 adalah Rp 1 triliun, sedangkan kebutuhan total untuk masterplan yang mencakup seluruh wilayah rawan tsunami di Indonesia mencapai Rp 16,7 triliun untuk lima tahun ke depan.

Oleh karena itu, ujar Sutopo, pelaksanaan antisipasi bencana pada 2013 diprioritaskan pada daerah-daerah rawan Tsunami seperti Mentawai, Sumatra Barat; kawasan Selat Sunda; pantai Selatan Jawa; pantai Selatan Bali; Nusa Tenggara dan Papua.

Manajer penanganan bencana Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Nasional Mukri Friatna kepada VOA menjelaskan antisipasi penanggulangan bencana, bukan hanya dengan memasang sistem peringatan dini di wilayah rawan gempa dan Tsunami.

“Saya kira yang perlu dibangun adalah kesiapsiagaan warga di sepanjang pantai selatan, yang diperkirakan terjadi gempa dan berpotensi tsunami, itu yang perlu didorong,” ujarnya.

“Kalau hanya menyiapkan alat early warning system saja itu tidak cukup. Contohnya yang terjadi di Padang beberapa waktu lalu, kemudian di Selat Sunda, alat early warning system pernah rusak karena kurangnya kontrol. Ini berbahaya kalau hanya mengandalkan alat, tanpa memberdayakan masyarakat setempat.”

Selain itu, tambah Mukri, pemerintah perlu lebih serius dalam menangani masa darurat bencana, khususnya menyangkut lokasi dan tempat pengungsian, makanan, dan obat-obatan serta tenaga medis agar perangkat pemerintah di daerah setempat lebih siap jika terjadi bencana. Dan tidak harus menunggu instruksi dari pemerintah pusat, ujarnya.

Data dari BNPB menunjukkan Indonesia menghadapi setidaknya 730 bencana alam pada 2012 yang merenggut 487 jiwa, menyebabkan 675.798 orang mengungsi dan 33.847 rumah rusak -- 7.891 diantaranya rusak berat.

Bencana alam sepanjang 2012 didominasi oleh bencana hidrometeorologi yaitu putting beliung (259 kejadian/36 persen), banjir (193 kejadian/26 persen), dan longsor (138 kejadian/19 persen).

Sutopo dari BNPB menyebutkan, kejadian putting beliung meningkat setiap tahun, naik 28 kali lipat selama 2002 sampai 2011.