Panitia bola voli pantai Olimpiade mengemas pertandingan olahraga yang sering tidak dianggap serius itu dengan suguhan hiburan.
Para atlet bergerak ke pinggir lapangan, musik dimulai dan sekelompok penari dalam balutan baju renang retro, gaya rambut 1950an dan kacamata hitam ukuran besar mengambil alih lapangan.
Pesta pun dimulai di Horse Guards Parade, lapangan bola voli pantai Olimpiade London, di mana penonton menikmati kombinasi olahraga kelas dunia, pemandangan kota London yang bersejarah, komentar yang bersemangat dan gerakan tari seperti dalam konser musik pop.
Kelihatannya menyenangkan untuk membuat para penonton terhibur selagi pemain beristirahat, namun banyak pikiran, usaha dan keahlian tercurah untuk menghasilkan pengalaman tak terlupakan bagi mereka yang cukup beruntung mendapatkan tiket.
“Kami ada di puncak permainan di London dengan musik, mode dan gaya dan sangat penting bagi London 2012 untuk memproyeksikan hal itu kepada dunia,” Aicha Mckenzie, koreografer tari yang ditampilkan di lapangan berpasir, memberitahu kantor berita Reuters.
Ke-28 penari dari 15 negara tersebut merupakan penari profesional yang telah bekerja untuk Madonna, Kylie Minogue atau Rihanna. Namun tampil di atas pasir dalam stadion yang dipadati 15.000 penonton yang ribut merupakan permainan yang berbeda.
“Menari di atas pasir itu sulit. Saya tidak tahu bagaimana para atlet berlarian dalam waktu yang lama di atas pasir,” ujar Shaun Niles, salah satu penari dan mitra koreografer McKenzie.
“Begitu kita bergerak di atas pasir, kaki kita tenggelam di dalamnya,” ujar penari asal London yang sebelumnya menari untuk Janet Jackson, Leona Lewis dan Victoria Beckham.
Para penari tersebut dibantu oleh suara Peter Dickson yang mendorong semangat penonton dengan komentar-komentar yang semarak dan banyak berteriak.
“Show time! Beri tepukan untuk kru penari Horse Guard Parade!” teriaknya berulang-ulang saat para penari masuk ke lapangan.
Dickson, 55, merupakan seniman suara selama lebih dari tiga dekade. Seorang profesional yang luwes, ia telah bekerja untuk program-program musik TV populer seperti “The X Factor" dan "Britain's Got Talent", mengisi narasi dokumenter untuk salurang Discovery dan memperkenalkan para penyanyi sekaliber Tom Jones.
“Saya senang menciptakan suasana gembira dan sebuah peristiwa, dan saya melakukannya dengan baik. Kita harus membuat orang percaya bahwa mereka menonton pertunjukan terbaik di dunia,” ujar Dickson pada Reuters.
Ia mendapat keuntungan dengan lokasi Horse Guard Parade yang bersebelahan dengan tempat tinggal Perdana Menteri Inggris David Cameron di 10 Downing Street.
Untuk membuat penonton bergerak menyerupai gelombang, ia berteriak, “Penonton di ujung Downing Street!” dan mereka yang duduk di sisi stadion tersebut pun bergerak.
Dickson juga senang meminta para penggemar untuk tidak bersuara keras karena perdana menteri mungkin sedang tidur siang. Lelucon ini selalu mengundang tawa keras.
Meski senang bercanda, Dickson memainkan peran dalam membuat olahraga Olimpiade khidmat dan penuh drama.
Sebelum setiap pertandingan dimulai, saat musik dari komposer Amerika Aaron Copland berjudul "Fanfare for the Common Man" berkumandang di stadion, Dickson menggunakan suara seperti pada iklan film untuk menyambut pejabat pertandingan, sukarelawan dan atlet.
Panitia menaruh patung-patung pasir yang besar dan kompleks di Taman St. James yang dilalui penonton yang hendak pergi ke stadion. Ada patung maskot-maskot Olimpiade yang sedang bermain bola voli, patung anggota pasukan berkuda Ratu Elizabeth dengan pakaian seragam lengkap, dan yang ketiga adalah arena Horse Guards Parade yang dipenuhi penggemar.
Patung-patung tersebut bukanlah hasil karya amatir. Pematung pasir Daniel Belcher datang dari Amerika Serikat untuk membuat patung ketiga. Sebagai profesional yang dicari, pekerjaan berikutnya termasuk untuk turnamen golf PGA dan Konvensi Partai Demokrat di AS.
Belcher senang menjadi bagian Olimpiade dan ia merasa memiliki kedekatan dengan para pemain bola voli pantai.
“Semua yang saya miliki mengandung pasir. Seluruh hidup saya berputar di antara pasir,” ujarnya pada Reuters.
Dalam bayangan kaum profesional yang telah mengusahakan pengalaman penonton yang sangat detil, mereka telah memperlihatkan kemampuan prima dan mendobrak batas untuk mendorong cabang olahraga yang tidak selalu dianggap serius itu.
Salah satu inovasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan penari pria dan wanita. Liputan media mengenai bola voli pantai seringkali terfokus pada fakta bahwa para atlet bermain dengan memakai bikini, namun Mckenzie tidak ingin hanya menampilkan perempuan berpakaian minim saja.
“Ada penari-penari yang ditampilkan dalam olahraga ini dan biasanya mereka perempuan cantik yang lebih berfungsi sebagai penari sorak dibandingkan penari profesional,” ujarnya.
“Kami ingin mengubah hal itu, dan menampilkan penari-penari yang berkemampuan tinggi. Kami ingin menampilkan apa yang bisa mereka perbuat dan kehebatan mereka, bukannya penampilan berbikini.”
Terkadang, terutama pada saat disediakan minuman bir, beberapa penonton pria mencemooh jika mereka melihat penari pria dan bersorak melihat penari perempuan.
Namun reaksi yang seksis seperti itu tidak mewakili suasana keseluruhan.
“Pada sesi malam hari, penonton perempuan juga sama liarnya dengan laki-laki,” ujar Mckenzie.
Niles mengangguk setuju dan menambahkan: “Para perempuan menyemangati kita. Jika kita bergerak ke arah mereka, semua kamera berbunyi klik, klik, klik, dan tentu saja kami sangat senang.” (Reuters/Estelle Shirbon)
Pesta pun dimulai di Horse Guards Parade, lapangan bola voli pantai Olimpiade London, di mana penonton menikmati kombinasi olahraga kelas dunia, pemandangan kota London yang bersejarah, komentar yang bersemangat dan gerakan tari seperti dalam konser musik pop.
Kelihatannya menyenangkan untuk membuat para penonton terhibur selagi pemain beristirahat, namun banyak pikiran, usaha dan keahlian tercurah untuk menghasilkan pengalaman tak terlupakan bagi mereka yang cukup beruntung mendapatkan tiket.
“Kami ada di puncak permainan di London dengan musik, mode dan gaya dan sangat penting bagi London 2012 untuk memproyeksikan hal itu kepada dunia,” Aicha Mckenzie, koreografer tari yang ditampilkan di lapangan berpasir, memberitahu kantor berita Reuters.
Ke-28 penari dari 15 negara tersebut merupakan penari profesional yang telah bekerja untuk Madonna, Kylie Minogue atau Rihanna. Namun tampil di atas pasir dalam stadion yang dipadati 15.000 penonton yang ribut merupakan permainan yang berbeda.
“Menari di atas pasir itu sulit. Saya tidak tahu bagaimana para atlet berlarian dalam waktu yang lama di atas pasir,” ujar Shaun Niles, salah satu penari dan mitra koreografer McKenzie.
“Begitu kita bergerak di atas pasir, kaki kita tenggelam di dalamnya,” ujar penari asal London yang sebelumnya menari untuk Janet Jackson, Leona Lewis dan Victoria Beckham.
Para penari tersebut dibantu oleh suara Peter Dickson yang mendorong semangat penonton dengan komentar-komentar yang semarak dan banyak berteriak.
“Show time! Beri tepukan untuk kru penari Horse Guard Parade!” teriaknya berulang-ulang saat para penari masuk ke lapangan.
Dickson, 55, merupakan seniman suara selama lebih dari tiga dekade. Seorang profesional yang luwes, ia telah bekerja untuk program-program musik TV populer seperti “The X Factor" dan "Britain's Got Talent", mengisi narasi dokumenter untuk salurang Discovery dan memperkenalkan para penyanyi sekaliber Tom Jones.
“Saya senang menciptakan suasana gembira dan sebuah peristiwa, dan saya melakukannya dengan baik. Kita harus membuat orang percaya bahwa mereka menonton pertunjukan terbaik di dunia,” ujar Dickson pada Reuters.
Ia mendapat keuntungan dengan lokasi Horse Guard Parade yang bersebelahan dengan tempat tinggal Perdana Menteri Inggris David Cameron di 10 Downing Street.
Untuk membuat penonton bergerak menyerupai gelombang, ia berteriak, “Penonton di ujung Downing Street!” dan mereka yang duduk di sisi stadion tersebut pun bergerak.
Dickson juga senang meminta para penggemar untuk tidak bersuara keras karena perdana menteri mungkin sedang tidur siang. Lelucon ini selalu mengundang tawa keras.
Meski senang bercanda, Dickson memainkan peran dalam membuat olahraga Olimpiade khidmat dan penuh drama.
Sebelum setiap pertandingan dimulai, saat musik dari komposer Amerika Aaron Copland berjudul "Fanfare for the Common Man" berkumandang di stadion, Dickson menggunakan suara seperti pada iklan film untuk menyambut pejabat pertandingan, sukarelawan dan atlet.
Panitia menaruh patung-patung pasir yang besar dan kompleks di Taman St. James yang dilalui penonton yang hendak pergi ke stadion. Ada patung maskot-maskot Olimpiade yang sedang bermain bola voli, patung anggota pasukan berkuda Ratu Elizabeth dengan pakaian seragam lengkap, dan yang ketiga adalah arena Horse Guards Parade yang dipenuhi penggemar.
Patung-patung tersebut bukanlah hasil karya amatir. Pematung pasir Daniel Belcher datang dari Amerika Serikat untuk membuat patung ketiga. Sebagai profesional yang dicari, pekerjaan berikutnya termasuk untuk turnamen golf PGA dan Konvensi Partai Demokrat di AS.
Belcher senang menjadi bagian Olimpiade dan ia merasa memiliki kedekatan dengan para pemain bola voli pantai.
“Semua yang saya miliki mengandung pasir. Seluruh hidup saya berputar di antara pasir,” ujarnya pada Reuters.
Dalam bayangan kaum profesional yang telah mengusahakan pengalaman penonton yang sangat detil, mereka telah memperlihatkan kemampuan prima dan mendobrak batas untuk mendorong cabang olahraga yang tidak selalu dianggap serius itu.
Salah satu inovasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan penari pria dan wanita. Liputan media mengenai bola voli pantai seringkali terfokus pada fakta bahwa para atlet bermain dengan memakai bikini, namun Mckenzie tidak ingin hanya menampilkan perempuan berpakaian minim saja.
“Ada penari-penari yang ditampilkan dalam olahraga ini dan biasanya mereka perempuan cantik yang lebih berfungsi sebagai penari sorak dibandingkan penari profesional,” ujarnya.
“Kami ingin mengubah hal itu, dan menampilkan penari-penari yang berkemampuan tinggi. Kami ingin menampilkan apa yang bisa mereka perbuat dan kehebatan mereka, bukannya penampilan berbikini.”
Terkadang, terutama pada saat disediakan minuman bir, beberapa penonton pria mencemooh jika mereka melihat penari pria dan bersorak melihat penari perempuan.
Namun reaksi yang seksis seperti itu tidak mewakili suasana keseluruhan.
“Pada sesi malam hari, penonton perempuan juga sama liarnya dengan laki-laki,” ujar Mckenzie.
Niles mengangguk setuju dan menambahkan: “Para perempuan menyemangati kita. Jika kita bergerak ke arah mereka, semua kamera berbunyi klik, klik, klik, dan tentu saja kami sangat senang.” (Reuters/Estelle Shirbon)