Sehari setelah upaya kudeta yang gagal, sekelompok warga Bolivia berkumpul di jalanan Ibu kota La Paz, hari Kamis (27/6), untuk menunjukkan dukungan bagi demokrasi dan Presiden Luis Arce yang berusaha digulingkan.
Sambil membawa poster berisi kecaman, massa menerikkan berbagai seruan di luar markas Pasukan Khusus Bolivia, di mana terduga pemimpin upaya kudeta yang gagal, mantan Panglima Militer Jenderal Juan Jose Zuniga, dan sejumlah pejabat militer lainnya ditahan.
Aparat keamanan dikerahkan untuk menjaga tempat itu dan gerbang istana pemerintahan di La Paz yang dirusak, di mana pada malam sebelumnya, kendaraan lapis baja menerobosnya dan saksi mata menyebut para tentara memasukinya.
Zuniga, yang dicopot dari jabatannya, dan unit militernya berkumpul di Plaza Murillo, alun-alun di luar istana, Rabu (26/6) siang. Kepada wartawan, Zuniga mengatakan bahwa terdapat ketidakpuasan rakyat yang tinggi di negara itu dan ia berusaha memulihkan demokrasi.
Di dalam istana, presiden melantik Jose Wilson Sanchez sebagai pengganti Zuniga sebagai komandan militer.
Video dari dalam istana menunjukkan momen ketika Arce mengonfrontasi Zuniga dan mengatakan kepadanya bahwa apabila ia menghormati komando militer, maka ia akan menarik mundur pasukannya.
Setelah beberapa jam, tentara dalam barisan kendaraan militer pergi meninggalkan istana seiring turunnya ratusan pendukung Arce ke alun-alun sambil mengibar-ngibarkan bendera Bolivia dan polisi mengendalikan situasi di lokasi.
BACA JUGA: Tentara Bolivia Serbu Istana Presiden, Tingkatkan Potensi KudetaMenteri Dalam Negeri Bolivia Eduarto del Castillo mengatakan, Zuniga kemudian ditangkap bersama mantan kepala Angkatan Laut Bolivia, Juan Arnez Salvador.
Dari balkon istana, Arce berpidato di hadapan para pendukungnya, yang pada saat itu sudah memenuhi jalanan. “Terima kasih kepada rakyat Bolivia,” katanya. “Biarkan demokrasi terus berjalan.”
Jalanan di ibu kota Bolivia dilaporkan telah kembali tenang hari Kamis.
Ketegangan di negara Andean berpenduduk 12 juta jiwa itu berlangsung selama berbulan-bulan, di mana kemunduran ekonomi memicu berbagai unjuk rasa. Pada pemilu tahun depan, mantan Presiden Evo Morales yang berhaluan kiri berencana untuk mencalonkan diri untuk menantang Arce, mantan sekutunya, menciptakan perpecahan besar di tubuh partai sosialis yang berkuasa.
Pada satu kesempatan, hari Rabu, Zuniga mengatakan tanpa bukti bahwa Arce telah memintanya untuk “berbuat sesuatu” demi meningkatkan popularitas sang presiden.
The Associated Press melaporkan bahwa pernyataan itu memicu spekulasi liar tentang apa yang sebenarnya terjadi. Senator dari kubu oposisi dan kritikus pemerintah pun ikut menggaungkan tuduhan itu, menyebut pemberontakan itu sebagai sebuah “kudeta diri”. Pemerintahan Arce membantah dengan tegas klaim tersebut.
Sementara itu, Gedung Putih menyatakan bahwa Presiden AS Joe Biden menyerukan ketenangan dan pemerintahannya terus memantau situasi. Melalui juru bicaranya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengungkapkan keprihatinannya yang mendalam mengenai situasi tersebut.
Para pemimpin di seantero Amerika Latin mengutuk upaya kudeta itu dan menyerukan agar demokrasi dihormati. [rd/jm]
Beberapa informasi dalam laporan ini berasal dari AP, Reuters dan AFP.