Rebeca Muñiz ingin menjadi seorang insinyur ketika masih muda. Akan tetapi ia tidak melihat dirinya akan berkarir dalam bidang teknologi.
“Saya kebanyakan berada di sekitar laki-laki berkulit putih. Saya tidak benar-benar merasa nyaman,” ungkapnya.
Muñiz, yang bekerja dalam bidang komunikasi, adalah mahasiswi pada Ada Developers Academy, organisasi nirlaba di Seattle. Lembaga itu melatih perempuan dari kelompok-kelompok yang kurang terwakili dalam teknologi. Dalam enam bulan, para siswa diajarkan cara menjadi pengembang perangkat lunak, dan diberi kesempatan magang.
Kepala akademi Lauren Sato mengatakan organisasi tersebut memiliki visi besar tentang arti kesuksesan.
“Kami mampu memberi dampak yang signifikan pada sejumlah perempuan dan orang-orang dengan beragam gender yang memasuki industri ini setiap tahun.”
Di seluruh dunia, beberapa program pelatihan dalam bentuk bootcamp telah diluncurkan, menjanjikan mereka yang ingin segera memasuki industri teknologi dengan keterampilan yang dapat dipasarkan. Sebagian program itu memiliki hasil yang beragam, terlalu menjanjikan peluang kerja dan berbiaya tinggi.
Namun, kuliah di Ada Developers Academy gratis. Penitipan anak disediakan di lokasi. Toh, sangat sedikit orang yang mendaftar dan pengalaman dapat menjadi tantangan.
Rebeca Muñiz, siswi Ada Developers Academy, mengemukakan, “Sejujurnya saya sering menangis. Ada saat-saat ketika terjadi kesalahan, kita tidak tahu harus berbuat apa.”
Your browser doesn’t support HTML5
Ada Academy menawarkan kuliah penuh waktu. Siswa di sana banyak yang harus menyeimbangkan antara kuliah dan mengurus keluarga.
Alie Ibarra pernah menjadi guru IPS. “Ketakutan terbesar saya adalah kegagalan. Menurut saya, itu adalah risiko besar yang saya ambil untuk menentukan karir saya,” ujarnya.
Sejak didirikan tahun 2013, Ada Academy telah memiliki lebih dari 300 lulusan. Dari jumlah itu, 94% mendapat pekerjaan dalam bidang teknologi, kata organisasi tersebut.
Tetapi, bagi banyak siswa di sana, yang penting bukan hanya mendapatkan pekerjaan melainkan bagaimana mengubah industri teknologi ketika mereka sudah terlibat di dalamnya.
Rebeca Muñiz menyampaikan, “Memastikan bahwa saya bukan satu-satunya perempuan kulit berwarna di sana.”
Bootcamp tersebut, yang berkembang secara nasional, menganggap setiap lulusan kemungkinan adalah katalis perubahan. [mg/ka]