Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Maluku, Ismail Usemahu, kepada VOA mengatakan masih melakukan pendataan kerusakan akibat gempa bumi berkekuatan 7,5 magnitudo yang menguncang Pantai Utara Maluku Barat Daya pada Selasa (10/1) pukul 2.47 WIT dini hari. Data BMKG menyebutkan episenter gempa bumi terletak di laut, pada jarak 136 kilometer arah Barat Laut Maluku Tenggara Barat pada kedalaman 130 kilometer.
Berdasarkan pendataan sementara oleh BPBD Provinsi Maluku, di Kabupaten Kepulauan Tanimbar saja sedikitnya 80 unit rumah dan tiga bangunan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) rusak ringan, empat unit rumah rusak sedang, dan delapan unit rumah rusak berat. Sementara di Kabupaten Maluku Barat Daya dilaporkan dua puluh tiga unit rumah rusak ringan, dan sembilan unit rumah rusak berat.
“Jadi alhamdulillah, sampai saat ini akibat gempa tidak ada korban yang meninggal. Kemudian korban yang luka ini, kita sementara baru dapat dari Kepulauan Tanimbar, tidak banyak, ada satu saja tapi nanti kita akan update terus,” jelas Ismail Usemahu ketika dihubungi Selasa sore (10/1).
Menurut Ismail, warga yang tinggal di pesisir pantai masih mengungsi ke tempat yang tinggi, seperti desa Watuwei, Kecamatan Dawelor Dawera Kabupaten Maluku Barat Daya. “Jumlah penduduk di desa itu kurang lebih ada 400 jiwa, informasinya mereka ini semua mengungsi,” kata Ismail.
Bantuan Logistik Dikerahkan ke Daerah Terdampak
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari menjelaskan sejumlah langkah ditempuh untuk menangani dampak gempa di antaranya dengan pengerahan bantuan logistik ke daerah terdampak bencana berupa beras, tikar, selimut, family kit, tenda gulung dan obat-obatan.
“Sementara BPBD dari Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya sudah mendorong logistik dasar kepada masyarakat terdampak,” jelas Abdul Muhari dalam keterangan pers secara daring di kanal YouTube BNPB Indonesia hari Selasa.
BNPB, menurut Abdul Muhari, juga sedang memastikan penyebab dari hadirnya fenomena berupa tanah muncul yang cukup luas di daerah sekitar pesisir Kabupaten Kepulauan Tanimbar pascagempa. Fenomena itu diakui memunculkan keresehan masyarakat yang memilih untuk mengungsi sementara waktu hingga ada penjelasan resmi dari pemerintah terkait keamanan masyarakat dengan munculnya fenomena itu.
“Hal-hal seperti ini yang kemudian didukung dulu dengan bantuan logistik di Kepulauan Tanimbar,” jelas Abdul Muhari.
Dengan telah diakhirnya peringatan dini tsunami oleh BMKG, masyarakat di wilayah itu diharapkan dapat kembali beraktivitas seperti biasa tanpa meninggalkan kesiapsiagaan.
Sebelum kembali ke dalam rumah, warga diminta untuk memastikan kondisi struktur bangunan tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan. Selain itu, warga diminta untuk tidak mudah terpancing oleh berita palsu atau hoaks yang biasanya tersebar melalui media sosial, serta memastikan informasi terkini pascagempa dari BMKG, BNPB atau pun BPBD setempat. [yl/em]