Menko Perekonomian Hatta Rajasa optimistis inflasi tahun ini tidak akan melampaui prediksi pemerintah dan Bank Indonesia.
JAKARTA —
Setelah mengalami inflasi sepanjang tahun 2012 hingga Agustus 2013, pada bulan September 2013 untuk pertama kalinya terjadi sejak Oktober 2011, Indonesia mengalami deflasi.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin mengatakan telah terjadi deflasi sebesar 0,35 persen pada bulan September 2013. Deflasi ini dipicu oleh turunnya beberapa harga komoditas seperti bawang merah, cabai rawit, sawi hijau dan telur. Meskipun demikian, inflasi juga masih terjadi di beberapa kota.
“Dari 66 kota yang kita amati, 53 kota mengalami deflasi dan 13 kota masih mengalami inflasi, deflasi tertinggi terjadi di Sorong, deflasi terendah terjadi di Surabaya, sementara inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pinang karena harga beras disana masih sedikit mengalami kenaikan kemudian juga makanan jadi,” kata kepala BPS, Suryamin.
Pada kesempatan berbeda, Menko bidang Perekonomian, Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah memang sudah memprediksi terjadi deflasi pada September 2013 karena pemerintah berhasil menurunkan harga berbagai komoditas. Menko Hatta Rajasa optimistis prediksi inflasi tahun 2013 sekitar sembilan persen akan tercapai bahkan kemungkinan akan di bawah angka prediksi tersebut.
“Saya berkeyakinan bahwa kita akan mengalami deflasi, kalaupun ada inflasi saya perkirakan 0,1-0,2 tapi alhamudillah kita mengalami deflasi, satu-satunya potensi yang saya lihat akan ada inflasi itu pada Desember, karena disitu memang banyak spending ya pada akhir tahun biasanya, tapi saya harapkan pada Oktober nanti akan deflasi lagi,” jelas Menko Hatta Rajasa.
Pemerintah dan Bank Indonesia terus berupaya menekan inflasi meski terjadi beberapa kali revisi. Semula pemerintah menargetkan inflasi tahun 2013 sekitar lima persen. Namun karena sejak Januari terjadi gejolak harga berbagai komoditas akibat wacana kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi, pemerintah dan BI merevisi inflasi 2013 menjadi sekitar tujuh persen.
Angka tersebut kembali direvisi menjadi sekitar sembilan persen ketika pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM bersubsidi pada akhir Juni lalu. Kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut memicu tingginya inflasi pada Juli 2013 sebesar 3,29 persen. Angka tersebut tertinggi sejak Januari 2013.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin mengatakan telah terjadi deflasi sebesar 0,35 persen pada bulan September 2013. Deflasi ini dipicu oleh turunnya beberapa harga komoditas seperti bawang merah, cabai rawit, sawi hijau dan telur. Meskipun demikian, inflasi juga masih terjadi di beberapa kota.
“Dari 66 kota yang kita amati, 53 kota mengalami deflasi dan 13 kota masih mengalami inflasi, deflasi tertinggi terjadi di Sorong, deflasi terendah terjadi di Surabaya, sementara inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pinang karena harga beras disana masih sedikit mengalami kenaikan kemudian juga makanan jadi,” kata kepala BPS, Suryamin.
Pada kesempatan berbeda, Menko bidang Perekonomian, Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah memang sudah memprediksi terjadi deflasi pada September 2013 karena pemerintah berhasil menurunkan harga berbagai komoditas. Menko Hatta Rajasa optimistis prediksi inflasi tahun 2013 sekitar sembilan persen akan tercapai bahkan kemungkinan akan di bawah angka prediksi tersebut.
“Saya berkeyakinan bahwa kita akan mengalami deflasi, kalaupun ada inflasi saya perkirakan 0,1-0,2 tapi alhamudillah kita mengalami deflasi, satu-satunya potensi yang saya lihat akan ada inflasi itu pada Desember, karena disitu memang banyak spending ya pada akhir tahun biasanya, tapi saya harapkan pada Oktober nanti akan deflasi lagi,” jelas Menko Hatta Rajasa.
Pemerintah dan Bank Indonesia terus berupaya menekan inflasi meski terjadi beberapa kali revisi. Semula pemerintah menargetkan inflasi tahun 2013 sekitar lima persen. Namun karena sejak Januari terjadi gejolak harga berbagai komoditas akibat wacana kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi, pemerintah dan BI merevisi inflasi 2013 menjadi sekitar tujuh persen.
Angka tersebut kembali direvisi menjadi sekitar sembilan persen ketika pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM bersubsidi pada akhir Juni lalu. Kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut memicu tingginya inflasi pada Juli 2013 sebesar 3,29 persen. Angka tersebut tertinggi sejak Januari 2013.