Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto mengatakan nilai ekspor Indonesia pada Mei 2022 mencapai 21,51 miliar dolar AS. Nilai ini turun 21,29 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Penurunan ekspor terbesar terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 2.149,5 juta dolar AS atau 71,79 persen dibandingkan April 2022. Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada nikel dan barang sebesar 233,7 juta dolar AS.
"Ekspor Mei 2022 masih mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2021 namun mengalami perlambatan," ujar Setianto di Jakarta, Rabu (15/6/2022).
Setianto menambahkan struktur ekspor pada Mei 2022 ditopang ekspor nonmigas yang menyumbang 93,04 persen dari total ekspor. Adapun yang menjadi pangsa ekspor nonmigas terbesar adalah China 4,59 miliar dolar AS (22,95 persen), India 2,26 miliar dolar AS (11,27 persen), dan Amerika Serikat 2,05 miliar dolar AS (10,26 persen). Sedangkan sisanya menyebar di sejumlah negara Asia dan Uni Eropa.
Sedangkan dari sisi impor, nilai impor Indonesia pada Mei 2022 mencapai 18,61 miliar dolar AS atau turun 5,81 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Struktur impor sebagian besar ditopang oleh bahan baku atau penolong sebesar 14,66 miliar dolar AS (78,77 persen).
"Seluruh impor penggunaan barang mengalami penurunan secara bulanan. Untuk barang konsumsi 10,77 persen, utamanya didorong komoditas buah-buahan dan sayuran," tambahnya.
Impor Indonesia sebagian besar berasal dari China 5,07 miliar dolar AS (33,25 persen), Jepang 1,26 miliar dolar AS (8,27 persen), dan Thailand 0,93 miliar dolar AS (6,07 persen). Sisanya di antaranya berasal dari Australia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.
Pengamat Khawatir Mei 2022 Menjadi Tren Penurunan Ekspor
Peneliti Ekonomi Bidang Industri, Perdagangan, dan Investasi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus khawatir bulan Mei 2022 menjadi titik awal penurunan ekspor. Ia beralasan sejumlah harga komoditas internasional mulai mengalami penurunan. Hal ini dapat berakibat pada penurunan nilai ekspor Indonesia yang sebagian besar ditopang oleh komoditas.
"Harus ada antisipasi untuk bulan depan supaya bisa mempertahankan tren kenaikan ekspor. Karena kalau lihat grafis seperti titik balik, jangan sampai turun lagi," kata Ahmad Heri kepada VOA, Rabu (15/6/2022).
Heri menyarankan pemerintah membuka pasar ekspor dan mengenalkan produk-produk Indonesia seperti makanan, minuman, dan tekstil untuk meningkatkan ekspor. Salah satunya dengan meratifikasi perjanjian dagang dengan sejumlah negara untuk membuka kerjasama dengan negara lain.
Selain itu, Indonesia juga perlu memproduksi barang ekspor dengan kualitas tinggi yang dapat menjadi rantai pasokan bagi produsen-produsen global.
Your browser doesn’t support HTML5
"Kita harus menjadi bagian dari rantai suplai global. Jadi kalau mau memproduksi barang, jangan barang yang utuh. Tapi satu komponen yang terdapat dalam gadget atau otomotif," tambahnya.
Terkait impor, ia menilai wajar jika mengalami penurunan. Sebab, permintaan komoditas pada April-Mei 2022 lalu mengalami peningkatan untuk kebutuhan Lebaran 2022. [sm/ka]